Selasa 12 Jul 2022 17:25 WIB

Pelemparan Bom Molotov ke Masjid New York Dilandasi Kebencian

Insiden tersebut membuat gelisah umat Muslim di New York.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Islamofobia. Pelemparan Bom Molotov ke Masjid New York Dilandasi Kebencian
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Islamofobia. Pelemparan Bom Molotov ke Masjid New York Dilandasi Kebencian

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Hanya beberapa hari sebelum perayaan Idul Adha 1443 Hijriyah, dua orang melemparkan sesuatu yang menyerupai bom molotov ke simbol bulan sabit logam besar di luar Masjid Fatima al-Zahra di Long Island, New York. Pihak berwenang setempat yang mengusut kasus itu menyebut insiden tersebut sebagai hate crime atau kejahatan kebencian.

 

Baca Juga

Dilansir dari Middle East Eye, Senin (11/7/2022), pada 3 Juli, imam masjid Ahmed Ibrahim, mendengar ledakan besar dan kemudian melihat api. Seorang tetangga datang berlari untuk membantu memadamkan api. Tidak ada yang terluka tetapi kemudian ditentukan perangkat yang dinyalakan sengaja dilemparkan ke sekitar masjid atau secara khusus di simbol bulan sabit.

“Mereka tidak mencapai apa pun tetapi mereka menyatakan kebencian. Mengapa?" kata Ibrahim pada konferensi pers beberapa hari setelah kejadian.

 

 

Asiya, yang hanya ingin menggunakan nama depannya, adalah seorang warga di Ronkonkoma, daerah tempat kejadian itu terjadi. Dia mengatakan bom api telah membuat masyarakat gelisah.

“Saya hanya senang tidak ada yang terluka. Tapi lain kali, bagaimana jika seseorang?  Kami tahu apa yang terjadi ketika orang membenci Muslim,” katanya kepada Middle East Eye.

“Kami tahu apa yang terjadi di Christchurch di mana semua Muslim dibunuh di dalam masjid mereka. Mau tak mau saya bertanya-tanya bagaimana jika itu terjadi di sini.  Bagaimana jika kami selanjutnya?" tambahnya. 

Menurut Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations (Cair)- New York Afaf Nasher, kasus tersebut adalah pertama kalinya komunitas masjid mengalami kejadian seperti ini.

"Bom api yang diledakkan pada 4 Juli di Masjid Fatima Al-Zahra mungkin telah merusak properti, tetapi gagal bahkan menggores ketahanan komunitas Muslim," kata Nasher kepada MEE.

“Kita semua menyadari bahwa ancaman terhadap rumah ibadah Muslim, atau rumah ibadah apa pun, adalah bahaya bagi cita-cita Amerika. Kami berharap para pelaku ditangkap dan dihukum secara adil, dan masjid terus tumbuh dengan cinta dan dukungan dari masyarakat sekitarnya," ujarnya. 

Tak lama setelah insiden itu, Komite Yahudi Amerika memulai halaman GoFundMe dan mengumpulkan lebih dari Rp 14 juta untuk membantu membangun kembali bagian yang rusak. Dan pada Idul Adha, lebih dari 1.000 orang (baik Muslim maupun non-Muslim) muncul di masjid dalam solidaritas.

Gubernur New York Kathy Hochul mengunjungi masjid pada Kamis dan berkata: "(Tindakan ini) akan berlanjut, tetapi kami akan terus bangkit setelahnya. Saya tidak dapat menghentikan kebencian di hati seseorang, tetapi saya dapat mengeluarkan undang-undang yang keras," ujarnya. 

"Intinya komunitas ini bersatu dan lebih kuat dari sebelumnya. Itulah yang dilakukan pelaku ini," ungkapnya. 

 

Tanda bulan sabit dipasang selama Ramadhan. Menurut polisi, biaya pembuatan dan pemasangannya sekitar Rp 149 juta.

Sekarang, masjid tersebut menunda proyek perumahan lansia senilai Rp 44 miliar yang diharapkan akan dibangun di atas propertinya. Karena sekarang masjid tersebut harus mencurahkan sekitar Rp 3,7 miliar lebih setahun untuk meningkatkan keamanan dengan kamera dan penjaga keamanan. 

 

Departemen kepolisian juga menawarkan hadiah uang tunai hingga Rp 74 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapan dalam kasus ini. “Kejahatan kebencian terhadap komunitas Muslim Islam adalah kejahatan kebencian terhadap semua penduduk Kabupaten Suffolk,” kata Komisaris Polisi Kabupaten Suffolk Rodney Harriso.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement