Jumat 03 Jun 2022 14:27 WIB

Demi Terjaga dari Makan Haram, Orang Tua Imam Nawawi Rela Suplai Makanan Sendiri

Orang tua Imam Nawawi dikenal dengan kezuhudannya. dalam

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Para santri Pondok Pesantren Darul Akhyar Parungbingung mengikuti kajian kitab kuning.
Foto: Dok Ponpes Darul Akhyar Parungbingung
Para santri Pondok Pesantren Darul Akhyar Parungbingung mengikuti kajian kitab kuning.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Setiap orang tua pasti mendambakan anaknya menjadi orang yang berilmu karena itu tak sedikit orang tua yang rela menghabiskan banyak uang demi anaknya agar bisa mengenyam pendidikan hingga kejenjang tertinggi. 

Namun demikian, banyak anak yang sudah mengenyam pendidikan  namun keilmuan yang diperolehnya tidak memiliki bekas atau menjadi manfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Justru kehidupan anak tersebut suram dan tidak seperti yang diharapkan oleh orang tuanya. 

Baca Juga

Menurut Habib Novel Alaydrus, di antara hal yang penting menjadi perhatian bagi orang tua agar anaknya menjadi orang yang bermanfaat, mulia, terhormat dan berakhlak baik adalah dengan memastikan segala hal yang diberikan untuk anaknya, baik makanan maupun pakaian, berasal dari sumber yang halal.

Habib Novel mencontohkan bagaimana penulis kitab Hadits Arbain Nawawi yakni Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf An Nawawi atau yang dikenal dengan sebutan Imam Nawawi dapat menjadi orang yang mulia dan terhormat dengan ilmunya yang bermanfaat. 

Itu tak lepas dari keberkahan nafkah yang diberikan orang tuanya dari sumber yang halal. Habib Novel menjelaskan bagaimana kehati-hatian orang tuanya memberikan makan bagi Imam Nawawi di tengah perjuangan anaknya menuntut ilmu. 

Habib Novel menceritakan sejak kecil hingga usia Imam Nawawi dewasa, orang tuanya sampai rela mengantarkan roti dari kota Nawa ke kota Damaskus tempat Imam Nawawi menimba ilmu. Itu dilakukan orang tua Imam Nawawi untuk memastikan tak secuilpun anaknya memakan makanan yang haram. Lebih dari itu, Imam Nawawi pun diajarkan untuk membelanjakan harta yang diberikan orang tuanya untuk perkara yang halal. 

"Di sini saya kagum dengan orang tuanya, jangan sampai anakku kemasukan barang yang haram. Makannya keberkahan orang tua ini sangat luar biasa. Sementara kita jadi orang tua, yang penting anak saya hidup habib, halal haram engga penting habib, zaman sekarang mana ada yang halal habib. Engga mikir," kata Habib Novel saat mengisi kajian di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Selatan, sebagaimana dikutip dari Harian Republika, Jumat  (3/6/2022). 

Menurut Habib Novel, tubuh yang dimasuki dengan makanan yang halal akan berpengaruh buruk pada akal pikiran sebab darah, hati, dan jantung yang menjadi faktor penting dalam tubuh manusia terkontaminasi oleh makanan haram. 

Menurut Habib Novel memakan makanan haram akan membuat hati seseorang menjadi beku dan tidak dapat mendengar kalam-kalam yang baik. Bahkan segala organ tubuh lainnya pun sulit diajak untuk taat dan berbuat hal yang bermanfaat. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement