Selasa 31 May 2022 13:27 WIB

Islam Tumbuh di Daerah Kumuh Brasil 

Pada 2012, Cesar Kaab Abdul mendirikan masjid di Jardim Cultura Fisica.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Keceriaan Muslim di Brazil menyambut Ramadhan (ilustrasi).
Foto:

"Mereka melihat capoeira sebagai bentuk pertempuran dan terkadang bisa menjadi kekerasan. Dalam kelompok saya, saya memutuskan untuk fokus pada dimensi musik, budaya dan sejarah capoeira, menekankan aspek manusia," jelasnya.

"Gagasan untuk lebih berhati-hati dengan keselamatan fisik dan keterbatasan semua peserta berasal dari Islam," tambah Karim.

Dia akhirnya mengembangkan metode pengajaran berdasarkan motivasi, yang menarik anak-anak dengan sindrom Down ke kelasnya.

Seorang ahli biologi dan rapper berusia 40 tahun dari kota Pelotas, Jamal Adesoji, juga seorang penggila sejarah mal. Sebagai seorang militan kulit hitam, ia pertama kali menemukan Islam setelah menonton film tentang Malcolm X. Bertahun-tahun kemudian, ia meminta bantuan imigran Palestina di kotanya untuk belajar lebih banyak tentang agama tersebut.

“Saya sering mengunjungi masjid di Rio de Janeiro dan Sao Paulo, dan terkadang saya merasa didiskriminasi karena bukan orang Arab dan kulit hitam,” keluhnya.

Selama bertahun-tahun, Adesoji bertemu dengan banyak Muslim Afrika dan mulai merasa menjadi bagian dari identitas bersama. “Saya mempelajari dan menemukan bahwa ada mal dan bahkan sekolah Islam di kota saya pada abad ke-19,” katanya.

“Islam pertama kali tiba di Brasil bersama orang Afrika, jadi itu adalah bagian dari identitas kami, bagian yang terhapus seiring waktu," jelasnya.

Adesoji sering mengunjungi masjid di kota Passo Fundo yang didirikan beberapa tahun lalu oleh Muhammad Lucena, seorang mualaf dari Sao Paulo. Masjid itu menampung 1.000 orang.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement