Selasa 12 Apr 2022 21:37 WIB

3 Tingkatan Puasa dan Bagaimana Hidupkan Ramadhan Sepanjang Masa

Puasa Ramadhan merupakan momentum untuk memperbaiki kualitas diri

Ramadhan di Khasmir (ilustrasi). Puasa Ramadhan merupakan momentum untuk memperbaiki kualitas diri
Foto:

Orang lain tidak ada yang tahu kalau saat puasa bisa makan atau minum di tempat tersembunyi, tapi dia menahan diri karena merasa diperhatikan oleh Allah SWT. 

Inilah posisi kesadaran tertinggi seorang hamba yang selalu sadar kebersamaannya dengan Ilahi Rabbi.

Selain sebagai tingkatan, ketiga jenis itu juga bisa dimaknai sebagai perjalanan beragama dari paling dasar menuju ke tingkatan yang lebih substansial, yang pada puncaknya adalah meraih ridah Allah SWT.

Ramadhan adalah satu dari rangkaian bulan dalam satu tahun pada kalender Hijriyah. Berpijak pada tingkatan puasa di atas, maka sejatinya Ramadhan adalah bulan madrasah atau sekolah bagi umat Islam yang pada bulan-bulan berikutnya hendaknya terus mempraktikkan kebiasaan-kebiasaan baik itu.

Ketika di Bulan Ramadhan, kita dilatih untuk menahan sesuatu yang sebetulnya dihalalkan, hendaknya di luar Ramadhan kita juga mampu menahan segala sesuatu yang berpusar pada kehendak nafsu atau ego.

Kalau Nabi Muhammad SAW mengingatkan umatnya agar saat Ramadhan tidak hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga, hal itu bisa kita gunakan untuk membingkai batin kita bahwa di sela-sela puasa itu juga banyak godaan-godaan ego.

Misalnya, saat menyantap menu berbuka, apakah kita masih mampu menjaga kualitas jiwa dari keserakahan dan kemelekatan kita dengan nafsu.

Di sela-sela itu, dapatkah kita mempraktikkan kepedulian sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan, yang pada akhir bulan kita disyariatkan untuk mengeluarkan sebagian harta untuk zakat fitrah.

Puasa Ramadhan, sekaligus mengajarkan dua hal bagi umat Islam, yakni menahan diri untuk tidak melayani ego dan melepaskan diri kemelekatan pada sesuatu, khususnya harta benda.

Dua hal ini bisa kita ringkas pada ajaran bahwa kita harus peka pada keadaan orang lain. Kita dihadirkan ke dunia bukan untuk hanya memikirkan diri sendiri, apalagi hanya memuaskan ego.

Kita hadir untuk menjadi alat bagi kehadiran Agama Islam, yakni menjadi rahmat bagi seluruh alam. Umatnyalah yang harus menjadi pewujud Islam sebagai rahmat itu.

Bersamaan dengan menghindarkan diri dari hal-hal yang dilarang, puasa juga mengajarkan kita untuk mengerjakan hal-hal baik, seperti menjalankan ibadah yang sudah diwajibkan dengan peningkatan kuantitas sekaligus kualitas, kemudian menambah dengan ibadah-ibadah yang tingkatannya bukan wajib, tapi sunah. 

Hal inilah yang mesti kita pertahankan juga di luar Bulan Ramadhan.Maka, setelah Ramadhan, semangat jiwa Ramadhan itu bisa kita pertahankan di bulan-bulan berikutnya. 

 

Kebiasaan melemaskan ego, sehingga kita mampu menjaga kefitrahan rohani, hendaknya menjadi kebiasaan yang terus-menerus.Kalau pada puasa Ramadhan, hal-hal yang sebetulnya halal kita lakukan mampu kita hindari, selayaknya kita juga mampu menghindar dari melakukan hal-hal yang memang dilarang. Mari, kita Ramadhan-kan semua bulan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement