YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menyambut Muktamar ke-48 Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Seminar Pra Muktamar ke-16 bertajuk ‘Media, Masyarakat Digital Dan Dakwah Muhammadiyah’ di Amphitarium Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Kamis (10/3).
Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto yang membuka acara tersebut mengatakan bahwa berdasarkan penggunaannya media sosial kini bukan lagi dianggap sebagai kebutuhan yang peripheral atau sampingan. Di tengah-tengah proses revolusi media digital yang terus berlangsung Muhammadiyah perlu untuk menyesuaikan diri agar tidak tertinggal.
“Apabila Muhammadiyah tidak ambil peran dalam disrupsi teknologi, Muhammadiyah tidak hanya akan tertinggal namun juga terlindas,” tegasnya.
Di abad sebelumnya, tidak dipungkiri bahwa Muhammadiyah telah mampu mewarnai kehidupan melalui berbagai amal usaha yang dimilikinya. Semenjak adanya revolusi teknologi dan media digital, Muhammadiyah kemudian dihadapkan kepada tantangan mampukah Muhammadiyah untuk menyesuaikan diri serta memanfaatkan kemajuan tersebut untuk memperkuat gerakan dakwahnya.
Hal tersebut juga sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad dalam Keynote Speech yang dibawakannya, bahwa tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah adalah bagaimana merespon keberadaan masyarakat digital.
Termasuk, bagaimana amal usaha Muhammadiyah mampu menanggapi kebutuhan segmen masyarakat tersebut. Pendirian Universitas Muhammadiyah Siber yang beberapa waktu lalu diresmikan, terang Dadang merupakan salah satu dari upaya merespon tantangan tersebut.
“Muhammadiyah harus menghadapi disrupsi ini dengan tiga langkah yaitu antisipasi, adaptasi dan inovasi,” ucap Dadang.
Dadang menekankan bahwa Muhammadiyah harus melakukan antisipasi akan berbagai perubahan yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa perubahan yang terjadi di dunia digital turut mempengaruhi cara beragama, termasuk memilih sumber-sumber pengetahuan agama itu sendiri
“Muhammadiyah harus dengan serius menghadapi perubahan ini. Ketika dunia berlari, maka Muhammadiyah harus berlari mengimbangi perubahan tersebut,” tandasnya.
Dalam sesi pertama Seminar Pra Muktamarr tersebut menghadirkan sejumlah panelis di antaranya pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Muchlas, MT, Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers Agus Sudibyo, dan Peneliti BRIN Wahyudi Akmaliah. (Th)