Habib mengatakan, OKI telah terlibat dalam dialog konstruktif dengan Cina selama tiga tahun terakhir tentang minoritas Muslim Uighur dan Kazakh serta Uzbekistan. Habib juga mendesak negara-negara anggota OKI untuk membangun konsensus tentang isu-isu tertentu.
“Delegasi OKI telah mengunjungi kawasan itu dua kali untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi. Hingga saat ini, PBB belum diizinkan untuk mengunjungi Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang China,” kata Habib, menyoroti pentingnya membangun dialog ini.
Habib juga menyoroti upaya OKI di Myanmar selama 20 tahun terakhir, dan langkah-langkah yang telah mereka ambil, bersama dengan PBB dan Uni Eropa untuk mengadvokasi perjuangan Muslim Rohingya.
“Myanmar harus sepenuhnya mematuhi tindakan sementara yang dikeluarkan oleh Mahkamah Internasional,” kata Habib.
Rossi Handayani