REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pengurus Besar Darud Da'wah wal Irsyad (PB DDI) melakukan pertemuan virtual dengan Wakil Presiden RI, Prof. KH Ma'ruf Amin pada Rabu (9/2). Pertemuan tersebut sebagai silaturahmi pengurus PB DDI jelang pelaksanaan Muktamar ke-XXII DDI pada 22 Februari mendatang yang akan berlangsung di Samarinda, Kalimantan Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum PB DDI Prof. KH. Andi Syamsul Bahri Galigo menyampaikan tentang upaya DDI untuk terus mengembangkan moderasi beragama. Selain itu, ia menegaskan jati diri DDI yang didirikan ulama kharismatik dari tanah Bugis, yakni KH. Abdurrahman Ambo Dalle mengusung ajaran Ahlussunnah wal Jamaah dalam berbagai sektor dakwah terlebih pendidikan dari mulai pesantren, madrasah hingga perguruan tinggi di bawah naungan DDI. Menurut Prof Galigo, sapaan akrabnya, para santri di berbagai pesantren DDI banyak mengkaji literatur kitab yang ditulis oleh para ulama Nusantara.
"Pengembangan moderasi beragama telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam tradisi pendidikan di DDI. Anregurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle menanamkan dan mengembangkan nilai moderasi dalam keberislaman dan senantiasa menghargai kebhinekaan, serta mengakomodasi kultur keindonesiaan," kata Prof Galigo dalam keterangan tertulis yang diterima Republika,co.id pada Kamis (10/2).
Prof Galigo mengatakan DDI merupakan salah satu organisasi yang tergolong tua khususnya di Sulawesi. Sejak 1938, KH. Abdurrahman Ambo Dalle telah memulai mengajar keislaman di Mangkoso, Barru, Sulawesi Selatan. Ia mengatakan DDI merupakan gerakan pendidikan dan dakwah yang bertumpu pada pendidikan atau sekolah-sekolah yang dikembangkan dengan sistem pendidikan pesantren di bawah kepemimpinan ulama. Ia menjelaskan DDI merupakan ormas yang bertumpu pada pendidikan pesantren dengan trilogi gerakannya pada pendidikan, sosial, dan dakwah.
Ia mengatakan ratusan pesantren dan madrasah DDI bertebaran di seantero nusantara turut berkiprah untuk mencerdaskan generasi. Banyak tokohnya telah menyebar dan berkiprah baik di level nasional misalnya Anregurutta Prof. KH. Ali Yafie, (alm.) Anregurutta KH. Amin Nasir, (alm.) Anregurutta KH. Sanusi Baco, dan lainnya.
Dalam pertemuan tersebut, Wapres RI Prof. KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa masyarakat internasional kini mulai melirik dan mengagumi praktik toleransi antarumat beragama di Indonesia. Karena itu, ia berharap agar karya-karya lokal Indonesia yang ditulis oleh ulama-ulama dan tokoh agama di Indonesia dapat diterjemahkan ke dalam bahasa asing agar bisa dibaca oleh dunia. Menurut dia, karya-karya tersebut adalah warisan berharga yang membanggakan generasi bangsa, sehingga patut dipelajari terutama oleh warga pesantren.
Wapres menegaskan bahwa implementasi moderasi beragama di Indonesia merupakan model yang paling ideal dewasa ini dalam merespons ekstrem kiri maupun ekstrem kanan. Wapres juga menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap kinerja Pengurus Besar DDI dalam menjaga dan melestarikan ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah (aswajah). Pertemuan itu juga dihadiri Sekjen PBDDI, Anregurutta Drs. Hilmy Ali Yafie, Ketua SC Panitia Muktamar DDI XXII, Dr. Suaib Tahir, dan Prof. Dr. Hamka Hak.