Di samping perangkat baru tersebut, dia mengatakan, Masjidil Haram juga menawarkan salinan kertas Alquran dalam huruf braille. "Setiap mushaf (salinan Alquran) terdiri dari enam jilid. Kami juga memiliki buklet braille yang dirancang khusus untuk anak-anak disabilitas netra untuk membantu mereka belajar tentang tauhid dan dasar-dasar Islam," tambahnya.
Muslim penyandang disabilitas memang mengalami tantangan saat membaca Alquran yang tersedia dalam huruf braille. Mereka harus memiliki hingga enam volume kertas untuk membaca kitab suci setebal 600 halaman itu.
Sebagai bagian dari rencananya untuk mendigitalkan layanan yang diberikan, kepresidenan telah melakukan segala upaya untuk memfasilitasi pengalaman masyarakat ketika mengunjungi Dua Masjid Suci. Al-Thubyani mengatakan proyek tahap pertama, yang memakan waktu hampir 10 bulan, itu berfokus pada Alquran.
Selanjutnya, akan ada fase lain di mana uraian dan penjelasan Alquran akan ditambahkan menggunakan teknologi yang sama. Ia menambahkan, Kepresidenan ingin memanfaatkan teknologi dalam semua layanannya di Dua Masjid Suci dan bahwa rencana mereka sesuai dengan Visi Kerajaan 2030.
Proyek ini dimulai ketika pertemuan di kepresidenan menyimpulkan bantuan dari alat temuan harus dicari untuk menghasilkan perangkat yang dapat menghemat tenaga dan waktu dari disabilitas netra ketika mereka membaca salinan kertas Alquran dalam huruf braille.