REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Miftachul Akhyar baru saja terpilih sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lewat musyawarah anggota ahlul halli wal aqdi (AHWA) yang digelar di Muktamar ke-34 NU di Lampung. Salah satu anggota Ahwa, KH Zainal Abidin kemudian meminta Rais Aam tidak merangkap jabatan di organisasi lain dan Kiai Miftach saat itu patuh terhadap arahan tersebut.
Ketua PBNU sekaligus pimpinan sidang pleno muktamar Muhammad Nuh mengatakan, Kiai Miftach tentu akan memenuhi janjinya tersebut untuk mundur dari MUI. “Jadi Insya Allah semuanya dipenuhi, tapi itu bukan tergantung saya atau tergantung ini, gak, insya Allah para kiai itu paham betul. Artinya timingnya disesuaikan, tidak serta merta besok langsung, itu kan nggak (seperti itu),” ujar Nuh.
Menurut dia, MUI tentu juga perlu mempersiapkan diri jika Kiai Miftach ingin mundur sebagai Ketum MUI. Karena itu, menurut dia, waktu penggantian kepemimpinan tersebut tergantung pada para kiai yang ada di MUI.
“Itu harus ditata juga di MUI-nya seperti apa, waktunya, terus siapa yang akan meneruskan? Apakah dari wakil-wakil yang sekarang ada? Atau kalau wakil sekarang ada, siapa? atau ada orang baru? Itu sangat tergantung dari beliau-beliau yang ada di MUI,” ucap Nuh.
Nuh menjelaskan, dalam forum musyawarah mufakat di Muktamar ke-34 NU, para kiai NU memang meminta kepada Rais Aam tidak merangkap jabatan. Menurut dia, Kiai Miftach tentu sangat paham yang dimaksud para anggota Ahwa saat itu.