REPUBLIKA.CO.ID, – Kehidupan dunia hanyalah sementara, sehingga manusia perlu berhati-hati dalam melewati perjalanan tersebut.
Gunanya adalah agar dapat selama dunia dan akhirat. Lantas bagaimana agar seseorang dapat selamat?
Dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad ﷺ bersabda sebagai berikut:
ثَلَاثٌ مُنْجِيَاتٌ : خَشْيَةُ اللَّهِ فِي السِّرِّ والعلانيةِ وَالْعَدْلُ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا وَالْقَصْدُ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى
“Tsalatsun munjiyat: khasyatullahi ta’ala fissirri wal-alaniyah wal-adlu firridha wal-ghadhabi wal-qashdu fil-faqri wal-ghina.”
Yang artinya, “Ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu takut kepada Allah di tempat yang tersembunyi maupun di tempat yang terang, berlaku adil pada waktu rela maupun pada waktu marah, dan hidup sederhana pada waktu miskin maupun kaya.”
Prof Abuddin Nata dalam buku "Akhlak Tasawuf" menjelaskan bahwa hadits tersebut baru menjelaskan sebagian kecil dari manfaat atau keberuntungan yang dihasilkan sebagai akibat dari akhlak mulia yang dikerjakan.
Keluhuran budi pekerti dan akhlak menjadi kunci penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tentunya masih banyak lagi keberuntungan dari akhlak mulia itu yang tidak disebutkan.
Namun dengan menyebutkan itu saja sejatinya tampak bahwa akhlak yang mulia akan membawa keberuntungan. Sebab ini adalah hukum Allah ﷻ yang pasti terjadi. Terdapat banyak bukti yang dapat dikemukakan yang dijumpai dalam kenyataan sosial bahwa orang yang berakhlak mulia itu semakin beruntung.
Orang yang baik akhlaknya, menurut Prof Abuddin, pasti disukai oleh masyarakatnya, kesulitan dan penderitaannya akan dibantu untuk dipecahkan, walaupun dia tidak mengharapkannya. Peluang, kepercayaan, dan kesempatan datang silih berganti kepadanya.
Kenyataan juga menunjukkan bahwa orang yang banyak bersedekah tidak akan menjadi miskin atau sengsara, tetapi malah berlimpah ruah hartanya. Sebaliknya, jika akhlak mulia itu sirna dan berganti dengan akhlak yang tercela, maka kehancuran pun akan segera datang menghadangnya.