Senin 15 Nov 2021 09:32 WIB

Toleransi Kepuluan Aru dan Peran Sang ‘Trio Macan’ 

Toleransi dan kerukunan Kepulauan Aru terjaga dengan kekeluargaan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Toleransi dan kerukunan Kepulauan Aru terjaga dengan kekeluargaan. Ilustrasi kerukunan
Foto:

Dalam perjalanan sejarahnya, dulu sekali pernah terjadi konflik horizontal di Kepulauan Aru ketika terjadi kerusuhan di Ambon sekitar  1999. Namun, tokoh agama-agama segera bisa meredam gejolak di tengah masyarakat yang sudah sejak lama hidup rukun. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 

Kiai Elwahan mengatakan, kehidupan yang rukun di daerahnya semakin membaik pascakonflik horizontal di Maluku dulu. Bahkan, sebelum pemerintah mendamaikan masyarakat, masyarakat sudah lebih dulu membuat perdamaian secara adat istiadat. 

Perdamaian dan kerukunan masih tetap terjaga sampai sekarang karena prinsip hidup masyarakat Kepulauan Aru sangat menjunjung tinggi sikap kekeluargaan. 

"Tokoh Muslim, Katolik, Protestan selalu bicara dan kumpul sambil ngopi, kalau ada masalah kita bertiga langsung menyelesaikannya," ujar Kiai Elwahan. 

Tiga tokoh agama yang dikenal sebagai Trio Macan ini selalu hadir menemani bupati saat melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Pemerintah daerah selalu melibatkan tokoh agama karena menyadari pentingnya peran mereka dan masyarakat sangat mematuhi arahan tokoh agamanya masing-masing. 

Pastor Tino menambahkan, dalam setiap agenda pemerintah daerah, tokoh agama selalu dilibatkan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang beragam agama, suku dan budayanya. 

Baca juga: Brasil Kini Punya Kota yang Jadi Destinasi Wisata Halal

 

"Haji Abdul Haris Elwahan sebagai orang tua kami, saya mewakili gereja Katolik, pemimpin Protestan yang disebut sebagai ketua klasis gereja Protestan Maluku di Kepulauan Aru, kita sering ketemu dan menjadi narasumber dan selalu dilibatkan dalam kegiatan pemerintah daerah," kata Pastor Tino. 

Dia menceritakan, di Kepulauan Aru menjadi pemandangan yang biasa ketika dalam satu keluarga terdiri dari agama Islam, Protestan, dan Katolik. Ketika orang tua memiliki tiga anak, mereka sudah membagi anak-anaknya untuk memeluk tiga agama yang berbeda.

Anak-anaknya pun ikhlas memeluk agama yang berbeda-beda, karena meski agamanya berbeda hubungan mereka dengan keluarganya dan masyarakat tetap berjalan normal. Anak-anaknya yang berbeda agama tidak merasa terasing atau terpisah dari keluarga dan masyarakat. 

Pastor Tino mengungkapkan, ketika hubungan masyarakat di bawah sangat rukun, maka tidak ada alasan bagi orang-orang di tingkat elite membangun eksklusivisme. Orang-orang di tingkat atas justru harus mempertontonkan kesejukan, keindahan dan kerukunan.   

Dia menegaskan, kerukunan antarumat... 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement