REPUBLIKA.CO.ID,
JAKARTA—Grand Syekh Al Azhar, Syekh Ahmad Ath Thayyib, memperingatkan bahayanya konsep Agama Ibrahim Modern (Addin Al Ibrahimi Al Jadid).
Sebab menurut Syekh Thayyeb (terbangunnya) jalinan persaudaraan antara Islam dan Kriten bukanlah dengan mencampur baurkan dua agama dan meleburkan perbedaan-perbedaan yang ada di anata kedua agama itu.
Syekh Thayyib mewanti-wanti akan bahayanya ajakan yang bertujuan untuk mencampuradukkan antara Yahudi, Kristen, dan Islam menjadi satu agama tempat berkumpul manusia agar tidak berselisih.
Menurut Syekh Thayyib ajakan (mencampurkan agama) itu sendiri justru bertolak belakang dengan kebebasan berkeyakinan, beriman dan memilih agama.
Lalu apakah seruan untuk meleburkan agama-agama menjadi agama ibrahim adalah hal yang baru?
Baru-baru ini muncul pemikiran tentang konsep agama Ibrahim modern. Pemikiran itu didorong oleh pusat penelitian di berbagai negara. Itu adalah pusat-pusat diplomasi keagamaan yang didukung banyak organisasi dan badan internasional yang bertujuan untuk menyerukan agama global atau universal yang dapat menghapus perpecahan di antara agama-agama, di mana sebagian orang menilai ini adalah upaya Zionis untuk menguasai Palestina.
Dalam bukunya yang berjudul Diplomasi Spiritual dan Kesamaan Agama Abraham: Skema Kolonial pada Abad Baru, Dr Heba Jamal Addin Al 'Azb seorang pengajar sistem politik dan anggota Dewan Urusan Luar Negeri Mesir, mengungkapkan bahwa penyebaran gagasan persekutuan Ibrahimi atau gagasan menyatukan agama menjadi agama Ibrahim modern adalah awal dari upaya menghapus pertentangan yang terjadi antara proyek permukiman zionis dan hak-hak historis rakyat Palestina dan Arab di wilayah itu.
Dr Heba juga mengungkapkan adanya istilah Diplomasi Spiritual atau diplomasi agama adalah kampanye hak asasi manusia dan perdamaian serta menghadapi kekerasan dan terorisme sebagai alat untuk memaafkan Israel atas pelanggaran terhadap HAM.
Ajakan mempersatukan semua agama dalam satu agama bukanlah hal baru. Gagasan ini telah ada sejak dulu. Sejarah Islam mencatat seruan tentang menyatukan semua agama muncul dari India, yaitu ketika Sultan Al Mughal, Jalamuddin Akbar menyerukan agama yang satu di antara semua agama.
Bahkan gagasan agama ini adalah campuran beberapa agama, bukan saja agama samawi tapi juga termasuk hindu dan Zoroaster. Di mana berkeyakinan pada satu tuhan yang digambarkan matahari dan api, serta tidak mempercayai adanya malaikat dan jin, serta menetapkan aturan hukum sendiri.
Beberapa orang menganggap itu sebagai upaya mendamaikan agama, tapi yang lain menilainya sebagai ateisme dan penyimpangan dari ajaran Islam.
Sumber: masrawy