Setelah itu, Adam sempat merasa kehilangan arah. Terlebih lagi, keluarganya sudah mengetahui bahwa kini ia telah berislam. Ayah dan ibunya marah bukan kepalang, sampai-sampai dirinya sempat akan diusir. Bagaimanapun, ia pantang kembali kekeyakinan lama. Semasa remaja, Adam masih menjadi Muslim kendati ibadahnya sehari-hari banyak bolong. Lama kelamaan, ia merasa, iman dalam hatinya melemah.
Usia Adam kemudian genap 20 tahun. Seperti yang dikatakan orang-orang, inilah momen pencarian jati diri. Adam mulai mempertanyakan komitmennya sendiri pada Islam. Ia juga tertarik pada konsep yang menyamaratakan semua agama. Kalau begitu, untuk apa menjadi Muslim? tanyanya saat itu.
Puncaknya, Adam meragukan keberadaan Tuhan karena Dia tidak terlihat. Jika ibadah sekadar didirikan untuk menyembah Tuhan, menurutnya, itu sama saja seperti agama-agama lain. Persepsinya ketika itu, Untuk apa masih memeluk Islam jika ini sama dengan agama-agama lainnya?
Meskipun tebersit keraguan, Adam toh enggan meninggalkan Islam. Dia tetap saja melaksanakan sholat lima waktu atau berpuasa. Akan tetapi, ketika itu dirinya dilanda dahaga akan jawab atas pertanyaan-pertanyaan tentang ketuhanan.
Baca juga: 4 Jalan Menuju Allah SWT Menurut Imam Syadzili
Melalui takdir-Nya, Adam berjumpa lagi dengan sahabat semasa kecilnya. Teman dekatnya itu lalu mengajaknya bertemu dengan seorang mubaligh, Ustadz Eko.
“Dai ini lebih suka disapa dengan sebutan mas, alih-alih ustadz. Dulu semasa kecil, saya diajarkan cukup ketat. Misalnya, dilarang mendengar musik, bercelana haruslah di atas mata kaki, dan lain-lain. Jadi ketika melihat sosok Mas Eko, saya merasa, dia memiliki perspektif yang berbeda dengan ustadz-ustadz sebelumnya yang pernah saya temui,” tutur Adam.
Pada suatu hari, Adam meminta kesediaan mubaligh itu untuk berdiskusi. Mas Eko bersedia menerimanya. Pertama-tama, mualaf ini ditanya perihal kepercayaan yang dianutnya sekarang. Adam tentu menjawab bahwa dirinya masih Muslim.
Baca juga: Nasihat KH Mashum Sufyan Supaya Tiru Filosofi Beras
Selanjutnya, Mas Eko bertanya tentang hal yang sangat fundamental: siapa itu Allah? Adam hanya menjawab sekenanya, berdasarkan apa-apa yang diketahuinya sejauh ini. Ia mengatakan, bahwa Allah adalah Tuhan dibuktikan dengan Alquran.
Mas Eko rupanya tidak puas dengan jawaban ringkas Adam. “Saya perlu bukti untuk membuktikan bahwa Alquran benar dan bahwa kamu yakin, Alquran membuktikan keberadaan Allah,” ucap Adam menirukan perkataan Ustadz tersebut.
Adam hanya bisa tertegun...