Jumat 10 Oct 2025 21:16 WIB

Pemeliharaan Alquran Zaman Nabi

Ada tiga jalan pemeliharaan Alquran yang berlangsung hingga wafatnya Nabi SAW.

Alquran (ilustrasi).
Foto: Dok Republika
Alquran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kalam Allah SWT itu diturunkan berangsur-angsur (mutawatir). Tujuannya agar lebih mudah dipahami, dihafal, serta diamalkan. Dengan cara seperti ini, Rasulullah SAW akan mudah memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang diajukan baik oleh umat beliau maupun orang-orang kafir. Berikut ini adalah tiga jalan pemeliharaan Alquran yang berlangsung hingga akhir hayat Nabi SAW.

Jaminan dari Allah

Baca Juga

Mengutip Sudahkah Kita Mengenal Al-Quran? (2013), antusiasme Nabi SAW begitu tinggi saat menerima wahyu. Beliau tak ingin kehilangan satu huruf pun dari Kalam Allah yang sampai kepadanya. Beliau segera menggerakkan lisannya untuk meniru bacaan Jibril meski malaikat mulia itu belum menyelesaikan bacaan. Maka, Allah SWT menegur Nabi SAW agar tak tergesa-gesa (QS al-Qiyamah:16-18). Surah itu juga menegaskan, Allah SWT menjamin, Dia-lah yang mengumpulkan setiap ayat Alquran dan menanamkannya dalam dada Nabi SAW. Rasul SAW tak perlu khawatir ada yang terlewat.

photo
Infografis fakta unik Alquran (Bagian 1) - (Republika )

Hafalan

Nabi Muhammad SAW merupakan seorang ummi, yakni tak pandai membaca dan menulis. Memang, umumnya masyarakat Arab kala itu tidak mahir dengan kepandaian tersebut. Maka dari itu, Nabi SAW berfokus pada upaya menghafalkan Alquran. Dengan begitu, keakuratan tiap huruf dari firman Allah Ta’ala akan terjaga. Beliau membacakan perlahan-lahan tiap ayat yang diwahyukan kepadanya. Selanjutnya, para sahabat mengulanginya, melafalkannya, dan menghafalkannya.

Banyak sahabat di rumahnya mengulangi hafalan Alquran. Dari kejauhan, suara mereka seperti dengungan lebah. Rasul SAW kerap menyusuri Madinah saat malam. Sesekali, beliau berhenti di dekat rumah beberapa sahabatnya yang sedang membacakan Alquran. Suatu kali, beliau memuji Abu Musa al-Asy’ari, “Kamu tak tahu tadi malam aku mendengarkan bacaanmu. Sungguh, Allah telah menganugerahkan kepadamu seruling (suara indah) dari seruling keluarga Daud” (HR Bukhari).

Tulisan

Di antara para sahabat Nabi SAW, tak sedikit yang mahir menulis. Kepada beberapa dari mereka, Rasulullah SAW menyuruh untuk menuliskan ayat-ayat Alquran. Di antara para penulis wahyu pada era Makkah ialah Abdullah bin Sa’ad dan Khalid bin Sa’id. Sejak hijrah, tentu kian banyak yang menuliskan Alquran. Ada sekitar 65 sahabat yang ditugaskan Nabi SAW sebagai penulis wahyu. Mereka antara lain adalah empat orang yang akhirnya menjadi Khulafaur rasyidin.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement