Senin 01 Nov 2021 05:15 WIB

Muhammadiyah dan Kereta Api

Kereta api adalah elemen modernitas lain yang diadopsi oleh warga Muhammadiyah.

Muhammadiyah dan Kereta Api. Poster Kongres Tahunan ke-25 Muhammadiyah yang diadakan di Batavia tahun 1936. Poster ini memuat gambar lokomotif kereta api.
Foto:

Dalam perjalanan itu, ada penumpang lain yang menaruh perhatian pada Kyai Dahlan dan Al-Manarnya. Dialah Ahmad Surkati, salah seorang pemimpin Jamiat Khair, yang kemudian berhasil membawa Kyai Dahlan ke dalam lembaga itu. Penumpang kereta api tahu berapa jam waktu yang dibutuhkannya untuk mencapai stasiun tujuannya, sehingga ia bisa menggunakan perjalanannya untuk kegiatan yang membutuhkan atensi lebih seperti membaca atau berdiskusi.

Jadi, perjalanan kereta api ibarat ruang pertemuan berjalan karena ada beberapa situasi yang membuatnya menjadi begitu, misalnya mengingat perjalanannya yang memakan waktu berjam-jam, kestabilannya di atas rel, adanya sensasi keterputusan dari dunia luar yang hiruk-pikuk, plus dengan pemandangan sekitar yang membantu membangun suasana diskusi. Tak heran bila kemudian tukar pikiran antara dua penumpang kereta api itu, Ahmad Dahlan dan Ahmad Surkati, berjalan dengan hidup.

Beberapa dekade kemudian, gagasan tentang kemajuan Islam yang dipromosikan oleh Muhammadiyah juga terbantu oleh kehadiran kereta api. Antara tahun 1912 hingga 1925, muktamar Muhammadiyah, atau yang kala itu hanya dikenal sebagai rapat Muhammadiyah, diselenggarakan di Yogyakarta saja.

Artinya, para peserta rapat yang berasal dari seantero Residensi Yogyakarta bisa datang ke arena pertemuan hanya dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Tapi, sejak tahun 1926 dan selepasnya, rapat, atau yang kemudian dikenal sebagai kongres, diadakan di kota-kota yang untuk menjangkaunya para peserta rapat sangat disarankan menggunakan kereta api lantaran jaraknya yang sudah mencapai puluhan bahkan ratusan kilometer dari Yogyakarta, misalnya di Surabaya (1926), Pekalongan (1927), Solo (1929), Semarang (1933), dan Batavia (1936).

Salah satu cara melihat pandangan dunia Muhammadiyah adalah dengan melihat pada bagaimana lembaga ini memvisualisasikan kegiatan-kegiatan terpentingnya. Yang menarik untuk dicatat di sini adalah bahwa untuk memperingati usianya yang ke-seperempat abad, Muhammadiyah menyelenggarakan kongres yang dengan segera membuat partisipan kongres maupun publik Hindia Belanda pada umumnya paham tentang arti kereta api bagi persyarikatan ini.

Baca juga : Biden: AS dan Turki Harus Menghindari Krisis

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement