REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Hak Asasi Manusia Israel B'Tselem mengungkapkan perincian mengerikan tentang remaja Palestina yang diculik dan disiksa dengan api oleh sekelompok pemukim Israel di Tepi Barat beberapa bulan yang lalu. Remaja tersebut sampai ketakutan dan kesakitan akibat kejadian tersebut.
"Pada 17 Agustus 2021, Tareq Zbeidi (15 tahun) dan lima temannya sedang menikmati piknik di dekat desa Silat a-Daher mereka yang berbasis di distrik Jenin di Tepi Barat utara. Namun, sekelompok besar pemukim Israel dari permukiman Israel Homesh di dekatnya kemudian tiba dengan mobil di daerah itu, membawa batu dan tongkat," katanya dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (20/10).
Kemudian, ia menjelaskan anak-anak Palestina dengan cepat melarikan diri dari tempat kejadian, ketika salah satu pemukim mulai melemparkan batu ke arah mereka dan berhasil melarikan diri kembali ke desa mereka. Namun, menurut B'Tselem, Tareq gagal mengikuti teman-temannya karena cedera kaki yang dideritanya hanya dua minggu sebelum kejadian.
Tareq pun menjelaskan kejadian tersebut. Ia mengatakan para pemukim melaju ke arahnya dan memukulnya dengan mobil mereka dan jatuh ke tanah. Mobil berhenti dan empat pemukim keluar. Beberapa memegang tongkat. Mereka menyerangnya dan memukul bahunya, kaki, dan punggung.
"Saya dibiarkan menggantung seperti itu selama sekitar lima menit dengan mata tertutup. Saya merasakan mereka memotong dan menggosok kulit kaki kiri saya dengan benda tajam. Saya sangat kesakitan. Saya tidak tahan. Tiba-tiba, saya merasakan luka bakar yang kuat di kaki kanan saya, dari korek api atau sejenisnya. Itu berlangsung beberapa detik. Saya menjerit dan menangis kesakitan dan ketakutan. Baru setelah itu mereka menurunkan saya dari pohon," kata Tareq.
Lalu, ia mengaku saat itu dipukul di kepala dengan tongkat dan kehilangan kesadaran. Menurut B'Tselem, tentara Israel tiba tidak lama setelah itu dengan sebuah jip militer dan para pemukim menuduh Tareq melempari mereka dengan batu.
Ketika Tareq sadar kembali di lantai jip militer, para prajurit mengancam akan menangkapnya jika dia melemparkan batu lagi. "Mereka mengatakan bahwa mereka tahu segalanya tentang saya dan jika ada yang melempar batu ke para pemukim, dia akan datang ke rumah saya dan menangkap saya," kata dia.
Sementara itu, paman dan kakak laki-laki Tareq segera memasukkannya ke ambulans Palestina dan membawanya ke rumah sakit di Jenin, setelah menjemputnya dari stasiun. "Saya dibawa ke UGD, dimana saya diperiksa dan dirontgen. Mereka menemukan memar dan luka di bahu, punggung dan kaki saya, serta luka dan luka bakar di kaki saya. Saya tinggal di sana sampai sore berikutnya dan kemudian saya dipulangkan," kata Tareq.
Dia menambahkan meskipun sudah dipulangkan, tubuhnya sakit dan dia tidak bisa berjalan karena luka dan luka bakar di kakinya. Pemukim biasanya menyerang warga Palestina dan properti mereka di Tepi Barat. Perkiraan Israel dan Palestina menunjukkan ada sekitar 650 ribu pemukim di Tepi Barat, termasuk Yerusalem yang diduduki, tinggal di 164 pemukiman dan 116 pos terdepan.
B'Tselem mencatat serangan terhadap Tareq adalah serangan pemukim kesepuluh terhadap warga Palestina di dekat pemukiman, yang didokumentasikan oleh kelompok itu sejak awal 2020. "Kasus ini mungkin sangat kejam tetapi kekerasan pemukim terhadap warga Palestina, seringkali dengan partisipasi tentara, telah lama menjadi bagian dari kebijakan Israel di Tepi Barat dan integral dengan rutinitas pendudukan. Hasil jangka panjang dari tindakan kekerasan ini adalah perampasan warga Palestina dari petak-petak yang berkembang di Tepi Barat, memfasilitasi pengambilalihan tanah dan sumber daya Israel disana," kata B'Tselem.