REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi memperingatkan warganya tidak bepergian ke Lebanon setelah bentrokan di Beirut pada 14 Oktober lalu. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, mendesak warga Saudi untuk sepenuhnya tidak bepergian ke Lebanon dari Kerajaan atau negara lain mana pun.
"Kami mengimbau semua warga di Lebanon untuk mengambil tindakan pencegahan dan menjauh dari tempat-tempat keramaian," kata menteri itu dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Saudi Gazette, Senin (18/10).
Keputusan kementerian tersebut didasarkan pada peristiwa keamanan terkini di Lebanon dan keputusan Kementerian Dalam Negeri untuk mencegah perjalanan langsung dan tidak langsung warga negara ke sejumlah negara tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari otoritas terkait, termasuk Lebanon. Kementerian juga meminta semua warga mengikuti instruksi yang dikeluarkan oleh otoritas terkait dalam hal ini dan tidak melakukan perjalanan ke Lebanon.
Kekerasan di Lebanon pecah pada Kamis (14/10) dalam sebuah protes yang diselenggarakan dua partai utama Syiah, Hizbullah dan Gerakan Amal. Aksi protes menyerukan pencopotan hakim utama yang menyelidiki ledakan besar di pelabuhan Beirut tahun lalu.
Banyak pengunjuk rasa bersenjata. Tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan pertama. Namun konfrontasi dengan cepat berubah menjadi baku tembak di sepanjang bekas garis depan perang saudara yang memisahkan wilayah Beirut yang mayoritas penduduknya Muslim dan Kristen.
Tembakan bergema selama berjam-jam dan ambulans bergegas menolong para korban. Di antara yang tewas adalah seorang wanita yang ditembak di kepala saat dia sedang duduk di rumahnya.
Orang-orang terjebak di dalam rumah dan toko, sementara ratusan siswa terjebak di dalam sekolah mereka di dekat daerah yang dilanda kekerasan. Bentrokan berlangsung sekitar tiga jam dengan tentara Lebanon gagal menahan situasi.