Jumat 10 Sep 2021 10:03 WIB

Akankah Mujahidin Menang Lawan Taliban di Lembah Panjshir?

Situasi berbeda antara Lembah Panjshir di era 1980-an dengan masa kini

Seorang anak laki-laki menjajakan melewati lukisan dinding dengan potret tokoh Mujahidan dari Lembah Pansjshir, mendiang komandan Afghanistan Ahmad Shah Massoud di Kabul pada 8 September 2021.
Foto:

Analisis ini didasarkan pada dokumen dari arsip Angkatan Darat ke-40 Angkatan Darat Soviet.

Maret 1982

Pertempuran di dekat Panjshir dan di lembah itu sendiri dimulai pada Maret 1982. Yang paling masif adalah operasi yang dilakukan Angkatan Darat ke-40 dari 24 Februari hingga 11 Maret 1982, di tiga provinsi: Kapisa, Parwan, dan Kabul.

Tujuannya adalah untuk melenyapkan “kekuatan anti-revolusioner”, sebagaimana mereka disebut dalam dokumen Angkatan Darat ke-40, dan mendukung pemerintah daerah dalam upaya mereka untuk mengambil alih. Laporan bulanan tentang operasi Angkatan Darat ke-40 pada musim semi dan musim panas 1982 menyatakan bahwa pasukan musuh bertempur dengan sengit.

Markas besar melaporkan bahwa, di beberapa daerah, unit Mujahidin terorganisir dengan baik, yang berarti bahwa kelompok-kelompok kecil bersatu di bawah satu kendali dan komando. Seperti yang dinyatakan dalam dokumen, kelompok-kelompok pejuang menerima perangkat komunikasi modern dari luar negeri, serta sejumlah besar senjata api otomatis dan senjata anti-tank.

Dalam beberapa kasus, musuh mengerahkan senjata gunung, peluncur recoilless, dan mortir. Menurut arsip, pejuang mujahidin menanam ranjau pinggir jalan dan bom yang diproduksi di Italia, Inggris, dan AS.

Pada musim semi 1982, “perang pinggir jalan” ini meningkat di sepanjang jalan raya yang menghubungkan Kabul dan Jalalabad, Kabul, dan Gardez, serta Mazar-i-Sharif dan Aqcha.

Baca juga : Mulai Cemas, AS Disebut akan Terus ‘Ganggu’ China

“Laporan intelijen mengklaim bahwa kelompok pemberontak terbesar, hingga 2.500 orang, ditempatkan di Nijrab dan Tagab di Kapisa, di mana para pejuang juga memiliki 10 gudang dengan senjata dan amunisi,” kata dokumen itu. Sekitar 6.020 tentara terlibat dalam operasi tersebut, termasuk 13 batalyon Angkatan Darat ke-40, serta unit dari Kementerian Dalam Negeri Afghanistan dan Direktorat Keamanan Nasional.

“Selama operasi, pasukan musuh di Nijrab dan Tagab diblokir oleh pasukan Afghanistan dan Soviet di satu sisi, dan tidak memiliki tempat untuk mundur di sisi lain – karena punggungan gunung yang tertutup es. Merasa putus asa, musuh melawan, setelah mencoba melarikan diri ke pegunungan tetapi gagal, karena semua salju.”

“Namun, harus dicatat bahwa kerugian kami dalam operasi ini juga signifikan, dan sulit untuk membenarkan kehilangan begitu banyak orang dan perangkat keras,” ungkap dokumen era Soviet.

“Ketika pasukan Afghanistan menyisir desa-desa, unit musuh berlindung dan melawan, bersembunyi di lubang, gua, dan ruang bawah tanah, dan kemudian menembaki tentara kami saat mereka berbalik. Kami harus kembali dan melewati desa dan lembah lagi.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement