REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Al-Araby TV, media afiliasi dari The New Arab, melaporkan dari Afghanistan tentang bagaimana perempuan membentuk sekolah rahasia untuk mencegah larangan pemerintah Taliban pada pendidikan perempuan. Taliban mengutip hukum Islam yang melarang berbaurnya lelaki dan perempuan.
Pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban memperlihatkan serangkaian aturan baru yang mengerikan diberlakukan di negara itu. Sebagian besar perempuan dan anak perempuan menghadapi beban terberat.
Langkah-langkah Taliban itu termasuk melarang anak perempuan dari sekolah. Padahal ada perjanjian awal bahwa pembatasan seperti itu dalam pendidikan tidak akan diberlakukan. Pihak berwenang pada awalnya berjanji akan menerapkan aturan yang lebih moderat.
Namun, undang-undang yang diterapkan Taliban membuat lebih dari satu juta anak perempuan berusia antara 12 hingga 18 tahun kehilangan kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan mereka. Pihak berwenang memberlakukan pembatasan atas nama interpretasi mereka yang keras terhadap hukum Islam.
Dalam kondisi demikian, kalangan perempuan di seluruh negeri telah mengambil tindakan sendiri, sekalipun itu bisa berbahaya bagi mereka. Guru sekolah membentuk sekolah rahasia di seluruh negeri.
Di antaranya dengan menyelenggarakan sekolah di dalam rumah mereka sendiri sehingga memungkinkan para murid melanjutkan pendidikan. Hukuman karena melanggar keputusan pemerintah di negara tersebut dapat mengakibatkan denda atau hukuman penjara.
Taliban juga telah memerintahkan cambukan publik untuk pria dan wanita yang menentang hukum mereka. Ini menunjukkan sejauh mana Taliban bisa pergi, untuk menegakkan aturan garis keras mereka.
Banyak pemerintah asing mengkritik apa yang dilakukan Taliban soal larangan pendidikan kepada perempuan. PBB juga menyebut larangan pendidikan anak perempuan memalukan.
Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, Jan Egeland, telah menyatakan bahwa beberapa pejabat senior Taliban sebetulnya juga menentang keputusan baru tersebut. Egeland mengatakan, sebelum perang berakhir, banyak yang telah menyekolahkan putri mereka.
Desember 2022, otoritas Taliban juga memerintahkan pelarangan pendidikan universitas bagi perempuan secara nasional. Taliban terus menghancurkan hak perempuan Afghanistan atas pendidikan dan kebebasannya. Pemerintah Taliban sendiri belum diakui secara resmi oleh negara mana pun meski secara diplomatis terlibat dengan negara-negara seperti China.