Kamis 09 Sep 2021 20:53 WIB

Hari Humor Nasional dan Kisah Lucu dari Sosok Gus Dur 

Gus Dur merupakan sosok yang humoris namun tetap bijak

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nashih Nashrullah
Gus Dur merupakan sosok yang humoris namun tetap bijak. Ilustrasi Gus Dur
Foto:

Sebab, kata dia, memang merupakan sosok yang dikenal tak hanya sebagai intelektual, ulama, politikus ulung, presiden, tapi juga dikenal sebagai sosok humoris.“Hampir di kehidupannya Gus Dur tak lepas dari humor,” kata Gus Mus.  

Humor, kata Gus Mus, sangat menuntut kecerdasan. Banyak orang humoris merupakan orang-orang yang cerdas. Gus Dur pun diakui sebagai orang yang sangat cerdas.  

Maka tak heran, banyak cerita-cerita legenda yang terkenal dan akan terus terkenang, banyak menggunakan humor untuk mengkritik. Termasuk mengkritik penguasa, pemimpin keagamaan, mengkritik siapa saja yang telah melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan moral. Untuk melakukannya, Gus Mus mengatakan, itu perlu kecerdasan.  

“Kita kenal ada humor-humor yang sangat melegenda dan menjadi cerita rakyat di Iraq, namanya Abu Nawas, di Mesir ada hakim Karakus. Dari kita, di Sunda ada Si Kabayan. Cerita-cerita  itu tentu semula dibuat oleh seseorang yang cerdas, sastraswan yang ingin mengkritik,” jelas Gus Mus.  

Kekritisan dari orang-orang cerdas membuat mereka menceritakan humor atau cerita humor yang tidak terasa mewakili perasaan dan pikiran banyak orang. 

Salah satu contohnya, cerita Hakim karakus yang digambarkan sebagai hakim yang sangat bertolak belakang dengan sosok hakim sebagai penegak hukum. Hakim Karakus, kata Gus Mus, diceritakan sebagai sosok hakim yang menyelewengkan, bodoh, tidak tahu mana yang adil dan tidak. 

Salah satu cerita yang digemari Gus Dur untuk diceritakan adalah presiden Gonzales yang berasal dari Amerika Selatan. Dia diceritakan terhanyut dalam sebuah banjir besar dan terlepas dari para pengawalnya.  

Ternyata, dia ditolong seorang pencari ikan. Sang Presiden berterima kasih kepada pencari ikan dengan mengatakan si pencari ikan telah menyelamatkan simbol negara, sosok kepala negara yang amat penting.  

Sang Presiden lalu meminta si pencari ikan untuk menyebutkan permintaan apa saja sebagai pembalasan atas jasa menyelamatkan seorang presiden. Namun, dengan nada menyindir, si pencari ikan memohon Sang Presiden tak usah mengatakan bahwa dialah yang menolongnya.  

“Itu cerita cerdas yang hanya dipahami orang-orang yang juga cerdas,” jelas Gus Mus. Dia menekankan, cerita-cerita itu sebenarnya  sekadar karangan yang kemudian dijadikan cerita rakyat. Cerita-cerita itu juga digunakan untuk menyindir siapapun yang memiliki kelakuan yang sama dengan sindiran-sindirannya itu.    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement