REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan sastrawan Indonesia, KH Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus membacakan puisi untuk rakyat Palestina yang sedang dijajah oleh Israel. Selain membacakan puisi miliknya, Gus Mus juga membacakan puisi karya penyair besar asal Damaskus, Nizar Qabbani yang berjudul ‘Thariqun Wahid’ atau Satu Jalan.
Puisi tersebut membuat suasana di dalam Gedung Usmar Ismail menjadi hening. Gus Mus membacakan puisi itu dalam bahasa Arab, lalu dilanjutkan dengan versi bahasa Indonesianya.
"Puisi-puisi yang kita hafal tidak sepadan sedirham pun di depan senapan. Kini aku punya senapan, ke Palestina ajaklah aku bersama kalian ke bukit berduka bagai wajah Mahdalena," kata Gus Mus saat membacakan puisi Nizar Qabbani dalam acara "Untaian Doa dan Puisi untuk Palestina" yang digelar Kemenag di Gedung Usmar Ismail, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (2/1/2024) malam.
Setelah membawakan puisi penyair besar asal Damaskus itu, Gus Mus lalu membacakan puisi lamanya yang berjudul "Apakah Kau Terlalu Bebal atau Aku yang Terlalu Peka".
"Apakah kau terlalu bebal atau aku yang terlalu peka? Kau dan kawan-kawanmu menyaksikan ibu dan saudara-saudaramu diperkosa dan dilecehkan, dan zakar kalian tegang seperti menonton film biru picisan. Seperti para cerdik pandai dan jurkam partai yang orgasme mendengar suara mereka sendiri. Oh, virus apa gerangan yang telah menyerang nurani kalian? Pemandangan yang mengerikan sekalipun tak mampu mengganggu nafsumu. Apalagi segera datang tayangan gosip selebritis Yang penuh gelak tawa, mengasyikkan dan menghiburmu seperti para pemimpin yang tak terganggu oleh keluh kesah keresahan rakyat mereka," kata Gus Mus saat membacakan puisinya sembari diiringi alunan musik.
Melalui puisinya ini, Gus Mus hanya ingin menyampaikan kemanusiaan, khususnya terkait tragedi kemanusiaan yang terjadi Palestina.
"(Ingin menyampaikan) pesan kamnusiaan lah seperti yang lain. Kita kan bangsa punya empati, punya simpati. Tidak hanya kepada bangsa sendiri, tapi juga kepada bangsa lain," ujar Gus Mus saat ditanya Republika.co.id usai acara.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin Leteh, Rembang ini menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak menyukai penjajahan. Karena itu, dia mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk membangun solidaritas terhadap Palestina.
"Kita tidak suka sama penjajahan, maka kita solidaritas kepada mereka yang terjajah termasuk Palestina," kata Mustasyar PBNU ini.