Kamis 09 Sep 2021 02:24 WIB

Islam dan Demokrasi di Mata Profesor Jepang

Islam tidak selalu bertentangan dengan demokrasi.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Umat Islam (ilustrasi).
Foto:

Beberapa negara dan organisasi, termasuk Jepang dan Japan International Cooperation Agency, mengambil tindakan yang mendukung, tetapi mereka gagal mengoordinasikan upaya untuk mendukung demokrasi. Kebijakan untuk Timur Tengah, di mana rekonstruksi tidak mengikuti kehancuran, meninggalkan ruang bagi kelompok Islam Taliban untuk mendapatkan kembali kekuasaan di Afghanistan.

Lalu akankah demokrasi berakar di Timur Tengah?

Sebenarnya, demokrasi yang menghargai kebebasan dan kesetaraan individu tidak serta merta bertentangan dengan Islam yang mengajarkan "kesetaraan di hadapan Tuhan". Sementara Taliban, yang mengadvokasi keyakinan Islam, telah sangat membatasi hak-hak perempuan, di Iran, yang juga diatur berdasarkan ajaran Islam, perempuan memainkan peran yang meningkat dalam masyarakat. 

Sekarang ada lebih banyak pekerjaan untuk wanita di negara itu. Misalnya, pengemudi perempuan diwajibkan untuk mengantar guru dan siswa ke dan dari sekolah untuk perempuan. Adalah mungkin untuk menemukan cara untuk mengejar kebebasan dan kesetaraan dalam bentuk yang sesuai dengan budaya dan tradisi masing-masing negara, meskipun belum banyak contohnya. Yang penting adalah memahami bahwa sistem gaya Eropa atau AS tidak selalu dapat diterapkan. 

Di Afghanistan, di mana ketegangan meningkat, penduduk setempat yang bekerja sama dengan negara asing diancam oleh Taliban. Komunitas internasional harus melindungi orang-orang seperti itu dengan cara yang bertanggung jawab. "Di luar itu, jika kita ingin sekali lagi mengeksplorasi cara menstabilkan Timur Tengah, pemahaman mendalam tentang Islam sangat penting," jelas Keiko.

Baca juga : Diaspora Indonesia Mengingat Serangan 11 September

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement