REPUBLIKA.CO.ID, KAMPALA -- Masjid-masjid reyot yang ada di Uganda kini telah diubah menjadi aula permanen yang nyaman. Hal ini membuat populasi Muslim Uganda yang terus meningkat merasa sangat senang.
Meskipun beberapa organisasi yang mengirim uang untuk membangun masjid ini tidak ingin disebutkan, mereka telah terkenal karena pekerjaan kemanusiaannya yang dilakukan di negara Afrika Timur itu. Turki adalah salah satu sponsor utama pembangunan masjid baru. Pada 13 November tahun lalu, umat Islam di distrik tengah Wakiso, Uganda, merayakan resminya sebuah masjid dengan perabotan lengkap dari Yayasan Turki-Uganda (Yayasan TURUGA).
Penerima manfaat masjid baru ini lantas memuji organisasi Turki, mengingat bantuan mereka menyelamatkan muslim Uganda dari sholat di masjid darurat. “Kami berterima kasih kepada saudara-saudara kami di Turki karena telah membangun masjid yang indah ini. Saya berdoa semoga Allah SWT membalas mereka atas kemurahan hati mereka,” kata salah satu jamaah, Abdul Basajjabalaba, dikutip di Anadolu Agency, Ahad (5/9).
Dalam kegiatan peresmian masjid, Presiden Yayasan TURUGA Ahmet Faruk mengatakan yayasan berharap keberadaan masjid tersebut bisa membantu masyarakat setempat. “Masjid harus digunakan untuk menumbuhkan perdamaian, serta mengembangkan semangat cinta dan kebersamaan dalam masyarakat. Saya berharap dan berdoa, agar orang-orang dari komunitas ini menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal yang menyatukan kita semua," ujarnya.
Direktur TURUGA di Uganda Fatih Baroglu mengatakan memberikan bantuan kepada orang lain dan meringankan penderitaan sesama manusia adalah bagian integral dari Islam. “Orang-orang Turki adalah mitra dalam pengembangan Uganda. Kami terus mendukung masyarakat, di antaranya di bidang pendidikan, serta akses ke air bersih dan aman," ucap dia.
Bukan hanya Muslim Turki yang membantu membangun masjid di Uganda. Organisasi-organisasi Muslim dan individu-individu dari dunia Arab dan Asia juga membantu Muslim Uganda memiliki masjid yang layak dan aman.
Imam Masjid Bulinda di distrik Iganga, Uganda timur, Sheikh Ali Mubagadi, menyebut sebagian besar masjid di desa-desa dulu terbuat dari lumpur dan pial. Hal ini dilakukan mengingat masyarakatnya yang miskin dan tidak mampu mendirikan bangunan permanen atau masjid.
"Tetapi dengan bantuan dari Muslim di negara-negara Arab, masjid permanen baru telah dibangun,” kata Sheikh Ali Mubagadi.
Melalui media sosial, beberapa Muslim di dunia Arab melihat masjid-masjid di Uganda dalam kondisi buruk. Mereka lantas mengirim uang untuk membangun masjid-masjid baru yang lebih baik.
"Direktur sebuah organisasi bernama Lazismu yang berbasis di Indonesia, Muhammad Sabeth Abilawa, kesal ketika melihat di media sosial ada umat Islam berdoa di masjid yang bobrok," kata Shiekh Mubagadi.
Setelah melihat video Muslim Uganda berdoa di sebuah masjid yang terbuat dari tanah liat yang ditutupi dengan tikar terpal lusuh, Abilawa disebut langsung menghubungi beberapa pemimpin Muslim di Uganda dan mengirim uang untuk membangun sebuah masjid baru. Juru Bicara Dewan Tertinggi Muslim Uganda Ashraf Muvawala menegaskan Muslim dari dunia Arab memang mensponsori pembangunan banyak masjid baru di negara itu.
Dia mengatakan ada sekitar 17.200 masjid di seluruh negeri. Namun, beberapa masjid ini dalam kondisi buruk dan sedang dibangun oleh teman-teman dari negara-negara Arab dan bagian lain dunia. Beberapa masjid disebut sedang dibangun oleh negara-negara dan organisasi Arab, sementara beberapa sedang dibangun oleh orang-orang kaya.
https://www.aa.com.tr/en/africa/ugandan-muslims-move-from-makeshift-to-cozy-mosques/2355462