REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum DPP Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PGMI), Syamsuddin menyambut baik dibukanya kembali kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah pandemi Covid-19 meski masih uji coba. Namun menurutnya, ada hal yang perlu dipikirkan untuk mendapat solusi.
Syamsuddin meyakini madrasah memiliki kesiapan dan pemahaman bagaimana menggelar PTM dengan protokol kesehatan ketat di lingkungan internalnya. Meski begitu, dia mengatakan, yang menjadi persoalan jika madrasah yang menggelar PTM di zona hijau itu dihimpit daerah dengan status zona merah atau tinggi kasus Covidnya.
Dia menilai, itu akan menjadi masalah terutama di madrasah aliyah dan tsanawiyah yang siswanya bersekolah dengan mengendarai motor. Dalam kondisi demikian, ia mengungkapkan, apa yang perlu dilakukan agar tidak terjadi interaksi antara daerah yang status zonanya berlawanan supaya PTM tetap berlangsung aman.
"Mungkin nggak kita bentengi anak-anak supaya tidak berkeliaran. Karena anak-anak MA dan MTs yang naik motor bisa saja mereka pergi ke mana begitu," jelasnya kepada Republika.co.id, Ahad (29/8).
Menurut Syamsuddin, dibutuhkan keterlibatan berbagai pihak agar proses PTM di madrasah bisa berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan kasus Covid-19 atau bahkan klaster kasus baru. Sinergi antara madrasah dengan Satgas Covid-19 dan pemangku kepentingan lain di daerah diperlukan. Ini supaya kegiatan PTM, dari kedatangan siswa di madrasah hingga mereka pulang ke rumah, sesuai protokol kesehatan.
Syamsuddin menambahkan, pembelajaran jarak jauh yang diterapkan selama ini memang tidak efektif. Para guru dan siswa, termasuk orang tua, sudah lama jenuh belajar daring. "Karena tidak efektif belajar jarak jauh itu. Dengan belajar jarak jauh selama ini, banyak yang dikerjakan oleh orang tua terutama yang di tingkat SMP," tuturnya.
Dampak dari pembelajaran jarak jauh, Syamsuddin melihat, membuat banyak siswa tidak bisa belajar dengan maksimal meski ada juga siswa yang belajar dengan sungguh-sungguh karena punya fasilitas yang memadai. Di beberapa daerah, Banten misalnya, para guru dan siswa harus mencari lokasi yang jaringannya memadai untuk bisa belajar secara daring.
Ada pula guru yang harus mendatangi daerah di mana beberapa siswa tinggal sehingga bisa belajar bersama dengan kapasitas yang lebih sedikit untuk menerapkan protokol Covid-19. "Maka dengan diberikannya alternatif seperti sekarang ini sebagai uji coba untuk madrasah, tentu banyak yang senang," tutur dia.