Hal ini berbanding terbalik dengan popularitas ustadz lokal di kalangan milenial. Di sejumlah daerah dengan karakter Islam yang kental, misalnya Aceh, nampaknya tidak terlepas dari fenomena serupa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dalam buku ini menyebutkan ustadz popular yang viral dan dikenal kaum muda Aceh masih sama.
Tidak banyak saat ini tokoh-tokoh keagamaan lokal yang disebut oleh kaum muda Muslim di Aceh dan kemudian mereka idolakan. Di Manado, sebagaimana hasil penelitian menyebutkan, temuan yang sama juga mewarnai penelitian atas fenomena tersebut.
Pengaruh paham keagamaan dari media sosial lebih tampak dari figur penceramah yang sering diakses oleh para informan. Beberapa nama penceramah, khususnya di Youtube, yang kerap disebut para informan antara lain Hanan Attaki, Khalid Basalamah, Ustadz Adi Hidayat, Felix Siauw, Ustadz Abdul Somad, Syekh Aidh Al-Qarni, Zakir Naik, Ustadz Arifin Ilham, Habib Rizieq Syihab, Muzammil, Ustadz Jefri Al-Bukhari, hingga Aa Gym.
Untuk penceramah perempuan, dikenal nama-nama yang disebutkan informan antara lain Okky Setyana Dewi, Mamah Dedeh, Dian Irawati, hingga Ummi Pipik. Beberapa alasan mencuat atas pilihan-pilihan tersebut, yakni dianggap lebih menarik dalam hal penyampaian materi, tafsir, dan dalil-dalil yang disampaikan mudah dimengerti, jelas, dan tidak terlalu rumit serta cukup menghibur.
Selain itu, materi yang banyak diakses adalah seputar persoalan anak muda, pacaran, motivasi, pernikahan muda, dan ukhuwah Islamiyah. Beberapa informan tahu atau pernah menonton tayangan ceramah Habib Rizieq dari FPI, namun mereka mengaku kurang tertarik dengan penceramah ini karena dianggap terlalu keras. Sedangkan khusus terhadap penceramah Felix Siauw, beberapa informan dari kalangan rohis merasa tertarik dengan materi ceramahnya mengenai kisah dan alasan, motivasi serta keputusan Felix menjadi mualaf.