REPUBLIKA.CO.ID, – Imam Syafii merupakan salah satu ulama kelahiran Palestina yang memiliki peran penting dalam sejarah pemikiran Islam. Dia dilahirkan di Ghaza pada pada 150 Hijriyah dan meninggal dunia di Fusthat, Mesir, pada 204 Hijriyah atau 819 Masehi.
Dia lah sang peletak dasar Madzhab fikih Syafii, salah satu dari empat madzhab yang dianut kalangan ahlus sunnah wa al-jamaah (Aswaja). Nasihat yang disampaikan Imam Syafi’at begitu mencerahkan kehidupan umat Islam di dunia.
Menasihati satu sama lain antar-Muslim merupakan bagian dari hak dan adab dalam Islam. Bahkan, ada sejumlah hadits yang berkenaan dengan anjuran saling menasihati. Misalnya dalam hadits diungkapkan:
عن أبي رقية تميم بن أوسٍ الداري رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((الدِّين النصيحة))، قلنا: لِمَن؟ قال: لله، ولكتابه، ولرسوله، ولأئمة المسلمين، وعامتهم
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad Dary RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Agama ini adalah nasihat, ditanyakan (kepada Nabi Muhammad SAW), “Bagi siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi Kitab-Nya, bagi Rasul-Nya, dan bagi para pemimpin kaum Muslimin dan segenap kaum Muslimin.”
Namun, dalam memberikan nasihat, umat Islam juga perlu memiliki adab. Umat Islam tidak bisa serta merta memberikan nasihatnya kepada seseorang di hadapan orang banyak. Hal ini sebagaimana kata-kata hiikmah dari Imam Syafi’i yang dimuat di dalam buku berjudul Mauizhat terbitan Rene Islam, yaitu:
تغمد نى بنصحك في انفرا دي وجنبني النصيحة في الجما عة فإ ن النصح بين الناس نوع من التو بيخ لا أر ضى استماعه وإن خالفتني وعصيت قولي فلا تجزع إذا لم تعط طا عة
"Sampaikan nasihatmu kepadaku saat aku sendirian. Dan jangan katakan nasihat itu kala banyak orang karena memberi nasihat di kalangan banyak orang adalah salah satu bentuk dari pelecehan, aku tidak senang mendengarnya. Apabila saran dan ucapanku ini tidak kau perhatikan. Janganlah menyesal jika sekiranya nasihatmu tidak ditaati."