Ahad 13 Jun 2021 09:42 WIB

Muslim Pertanyakan Konten Film Serangan Christchurch

Narasi film tidak berpusat pada Muslim korban serangan Christchurch.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Pertanyakan Konten Film Serangan Christchurch. Teror Masjid Christchurch. Bunga dan tribut lain diletakkan di luar Islamic Center di Kilbirnie, Wellington, Selandia Baru, Sabtu (16/3).
Foto:

Rahman mengatakan dia baru mengetahui film itu dibuat melalui media sosial dan terkejut dengan narasi cerita yang dilaporkan. "Kami lebih suka menonton film yang berpusat pada para korban serangan dan keluarga mereka, berpusat pada kisah komunitas Muslim. Sebagai bagian dari akibat, cara Perdana Menteri menangani insiden itu tentu saja bagian yang perlu diceritakan, tetapi tidak boleh jadi titik perhatian," ujarnya.

Dia mengatakan jika pengerjaan film itu dilanjutkan, produser perlu terlibat dengan komunitas Muslim sehingga ceritanya secara akurat mencerminkan sifat supremasi kulit putih serta konsekuensi dari meminggirkan dan merendahkan komunitas. Tak hanya itu, Rahman juga mengatakan uang yang dihasilkan dari menceritakan kisah itu harus digunakan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak kekejaman tersebut.

"Salah satu kekhawatiran saya yang lain adalah kemana perginya keuntungan dari film semacam itu. Saya merasa sangat tidak nyaman dengan apa pun yang mengambil untung dari tragedi orang lain," katanya.

Imam Masjid Al Noor, salah satu dari dua masjid yang menjadi sasaran serangan teror 2019, Gamal Fouda mengatakan usai penyerangan dirinya dan warga sekitar didatangi sejumlah orang yang berminat membuat film tentang penyerangan tersebut. Dia berharap, jika proyek film itu berlanjut, film akan tetap pada fakta dan fokus pada perdamaian dan cinta. Komunitas Muslim di Christchurch sangat beragam dan pasti memiliki perasaan yang sangat berbeda tentang prospek film tentang serangan itu.

Di sisi lain, produser film tersebut mengatakan mereka ingin meyakinkan anggota komunitas Muslim Christchurch bahwa mereka memahami tanggung jawab dalam menceritakan kisah terkait serangan tersebut. Salah satu produser film tersebut, Philippa Campbell yang berbasis di Auckland, mengatakan mereka tidak dapat berbicara dengan semua orang sebagai bagian dari penelitian. Dia mengaku telah berbincang dengan sejumlah besar orang dari masjid dan anggota keluarga para korban.

Penulis dan sutradara film tersebut Andrew Niccol mengatakan kisah film tersebut akan berlangsung dari Jumat hingga Jumat. Pengambilan gambar diambil di hari saat seorang pria bersenjata memilih membunuh Muslim hingga hari saat sholat Jumat berikutnya ketika Selandia Baru memilih menghormati para korban. Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan alih-alih berfokus pada serangan, film itu akan fokus pada respons terhadap serangan itu.

https://www.rnz.co.nz/news/national/444530/muslim-leaders-wary-of-timing-and-content-of-christchurch-attack-movie

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement