Juru bicara AP Lauren Easton mengatakan Wilders telah menulis yang melanggar kebijakan media sosial perusahaan. “Kami memiliki kebijakan ini sehingga komentar satu orang tidak dapat menciptakan kondisi berbahaya bagi wartawan kami yang lain yang meliput berita tersebut,” kata Easton.
"Setiap jurnalis AP bertanggung jawab menjaga kemampuan kami untuk melaporkan konflik ini, atau lainnya, dengan keadilan dan kredibilitas, dan tidak dapat memihak dalam forum publik," tambahnya.
Namun jurnalis dan lainnya telah mengkritik AP karena memecat Wilder. Mereka mengatakan langkah tersebut mencerminkan standar ganda yang tidak adil, yaitu tentang siapa yang dianggap bias ketika melaporkan tentang Israel-Palestina.
Sejak Israel melancarkan serangannya ke Gaza pada 10 Mei, kritik telah meningkat tentang bagaimana media, terutama di AS, meliput konflik tersebut. "Ini memalukan dan organisasi jurnalisme yang ada untuk menuntut akuntabilitas dan transparansi orang lain harus menjaga diri mereka sendiri pada standar yang sama," kata seorang jurnalis investigasi AS Nikole Hannah-Jones pada Sabtu, tentang pemecatan Wilder.
Direktur Program untuk Palestina dan Urusan Palestina-Israel di lembaga pemikir Institut Timur Tengah Khaled Elgindy bahkan menyebut kejadian ini mengerikan. "Ini adalah kasus yang sangat mengerikan dari penegakan selektif," katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
