REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang jurnalis Amerika Serikat (AS) Emily Wilder dilaporkan telah dipecat dari tempatnya bekerja, The Associated Press karena dukungannya kepada Palestina saat menjadi aktivis di kampusnya Universitas Stanford. Dia dipecat dengan tuduhan melanggar kebijakan media sosial perusahaan tanpa diberitahu detil kesalahannya.
Pemecatannya pada Rabu (19/5), terjadi setelah kelompok sayap kanan di almamaternya, Universitas Stanford, meluncurkan apa yang digambarkan Wilder sebagai kampanye kotor. Tuduhan tersebut atas dasar aktivitas membela Palestina saat dia menjadi mahasiswa.
Pemecatan itu juga terjadi saat serangan militer 11 hari Israel di Jalur Gaza, yang menewaskan hampir 250 warga Palestina dan melukai lebih dari 1.900 lainnya. Sebanyak 12 orang juga tewas di Israel oleh roket yang ditembakkan dari wilayah pesisir Palestina.
“Saya adalah salah satu korban dari penegakan aturan yang asimetris seputar objektivitas dan media sosial yang telah menyensor begitu banyak jurnalis. Terutama jurnalis Palestina dan jurnalis kulit berwarna lainnya sebelum saya,” kata Wilder dalam pernyataannya dilansir dari Aljazirah, Sabtu (22/5).
Sebuah unggahan Twitter pada Senin dari Stanford Republicans mengkritik Wilder, yang adalah seorang Yahudi, sebagai agitator anti-Israel saat berada di kampus. The Washington Free Beacon bahkan kemudian menerbitkan artikel berjudul AP Mempekerjakan Aktivis Anti-Israel sebagai Wartawan.
Beberapa hari sebelumnya, Israel mengebom sebuah gedung di Gaza yang menampung biro AP, serta kantor Aljazirah dan beberapa tempat tinggal. Pemerintah Israel mengatakan menara al-Jalaa berisi aset militer milik kantor intelijen organisasi teror Hamas, klaim yang ditolak oleh organisasi media. Media menuntut penyelidikan independen atas pengeboman tersebut.
My statement on my termination from The Associated Press. pic.twitter.com/kf4NCkDJXx
— emily wilder (@vv1lder) May 22, 2021