Prof Azyumardi mengatakan, selanjutnya Joe Biden menyatakan akan mencabut Muslim Ban pada hari pertamanya. Pernyataan ini mendapat sambutan hangat dari berbagai penjuru dunia Muslim. Pernyataannya ini segera dia tepati, tidak lama setelah Joe Biden dilantik.
Dalam konteks lebih luas itu, Joe Biden dalam artikelnya Why America Must Lead Again (Foreign Affairs, Vol 99, 2; 2020) menyatakan akan menghentikan destabilisasi Timur Tengah yang meningkat di masa Presiden Trump, baik karena ancaman senjata nuklir maupun terorisme.
"Dalam konteks itu, Presiden Joe Biden menghentikan dukungannya pada koalisi militer pimpinan Arab Saudi dalam perang di Yaman. Presiden Joe Biden juga meminta pemerintah Arab Saudi menghentikan perang yang telah mengorbankan ratusan ribu warga Yaman, termasuk perempuan dan anak-anak," kata Prof Azyumardi.
Ia menyampaikan, Joe Biden juga bermaksud membawa pulang mayoritas tentara AS di Afghanistan dan wilayah Timur Tengah lain. Dia ingin menghentikan dukungan AS terhadap Arab Saudi dengan koalisi militernya yang menghancurkan Yaman.
Presiden Joe Biden juga mempersoalkan kasus pembunuhan jurnalis Kashogi. Pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden memperlihatkan sikap tidak berkenan terhadap penanganan kalangan penguasa Arab Saudi terhadap Kashogi.
"Terhadap Palestina, Presiden Joe Biden juga memberikan gesture positif. Pemerintahan Joe Biden menyatakan akan memulihkan proses perdamaian yang kredibel yang bisa diterima kedua belah pihak, Palestina dan Israel. Untuk itu, pemerintah AS segera memperbaharui hubungan dengan kepemimpinan Palestina," kata Prof Azyumardi.
Ia menambahkan, Presiden Joe Biden juga menyatakan akan memulihkan bantuan ekonomi dan kemanusiaan untuk Palestina. Bantuan semacam ini diperlukan untuk menciptakan situasi kondusif bagi perdamaian.