Penganiayaan selama beberapa dekade dan kecaman negara oleh pemerintah Buddha, ternyata juga berdampak pada hancurnya bahasa Rohingya. Buku dan kitab suci mereka dihancurkan, bahkan pendidikan dilarang diberikan.
"Kami tidak diizinkan membaca dan menulis dalam bahasa Rohingya. Mereka akan memberi kami hukuman maksimal, baik dibunuh atau dipenjara,” kata seorang aktivis dan pengusaha Rohingya, yang merupakan bagian dari kampanye penerjemahan Alquran, Muhammad Noor, dikutip di TRT World, Selasa (6/4).
Ia menyebut upaya terjemahan Alquran dalam bahasa Rohingya di masa lalu tidak lengkap. Sebagian besar dalam bentuk teks, yang menggunakan huruf Urdu, Arab atau Latin.
Kondisi buta huruf tersebar luas di antara orang-orang Rohingya. Mereka telah kehilangan pendidikan dan pekerjaan selama beberapa dekade oleh negara Myanmar, yang bahkan menolak untuk menyebut etnis minoritas dengan namanya.