Rabu 10 Mar 2021 13:27 WIB

“Happening” dan Tradisi Berjamaah Kita

Tradisi berjamaah tatap muka dalam tabligh akbar terancam pandemi

Tradisi berjamaah tatap muka dalam tabligh akbar terancam pandemi . Dzikir Akbar Jamaah Majelis Rasulullah SAW

Tantangan

Kita semua menyaksikan, bahwa berbagai kegiatan di atas, memberikan kekayaan pengetahuan yang melimpah. Namun, pandemi Covid 19 telah melenyapkan–baik seketika maupun secara perlahan, berbagai tradisi tersebut, tentu kita mengalami kerugian.

Pada masa Pandemi Covid-19, kegiatan di atas dilaksanakan secara virtual, misalnya Peringatan Haul KH Bisri Syansuri, begitu juga kegiatan Maiyah di berbagai tempat. Acara dalam bentuk virtual tersebut, semestinya lebih mudah diikuti para epigon, karena lebih efektif dan murah. Namun kenyataanya tidak demikian, para hadirin sepertinya tidak merasakan penjiwaan yang mendalam atas kehadiran secara virtual.

Kita tentu berharap, “happening” mampu bertahan hingga pandemi Covid-19 berlalu, sehingga berperan seperti apa yang dikatakan Cliffort Geertz sebagai ulama “makelar budaya” (cultural broker), yaitu tokoh yang mampu melakukan fungsi screening bagi budaya di luar masyarakatnya. 

Dalam kegiatan tersebut, menempatkan sang pemimpin bagaikan waduk yang menyimpan air untuk menghidupi daerah sekitarnya. Pengaruh budaya luar yang datang, bagaikan air yang naik oleh adanya bendungan itu. Jama’ah terlindungi dari pengaruh-pengaruh negatif, dan dibiarkan mengambil pengaruh-pengaruh luar yang positif.

Saat ini keadaan tentu sangat berbeda, pandemi Covid-19 menggerus “happening’ kita dan memunculkan budaya baru yang semakin tak terkontrol. Dalam social distancing, kita justru dihadirkan suasana baru yang serba virtual. 

Dari sini kita melihat, betapa arus budaya global sangat besar dan sulit terbendung. Kita melihat anak muda generasi kita sangat mahir berlenggak-lenggok dan berjoget di depan kamera, atau memamerkan segala bentuk kemewahan. Motivasi mereka sederhana, mengusir kejenuhan. 

 

Namun demikian, kita harus optimis bahwa Pendemi Covid-19 akan segera berlalu. Tradisi “happening” menjadi harapan masyarakat kita. Kita tak boleh putus asa untuk kembali menghidupkan asas kesukarelaan yang semakin mahal. Maka inilah tugas generasi muda, untuk tetap memainkan peran positif di tengah budaya serba virtual.

*Alumni PTIQ dan UNJ

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement