"Akses jaringan yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Misalnya di beberapa daerah kepulauan, di NTT, NTB, Papua Barat, itu selalu kendalanya akses internet. Sinyal yang tidak kuat, ada provider yang kuat tetapi yang lainnya tidak bisa. Ini kendala umum yang juga dihadapi masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.
Qusyairi berharap agar pemerintah menaruh perhatian kepada para dai di pelosok. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini, kegiatan dakwah yang sifatnya massal itu sangat terbatas. Sehingga ada beberapa yang ditiadakan agar tidak terjadi kerumunan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
"Banyak dai yang terdampak ekonomi akibat pandemi, sehingga berdampak juga pada akses digital, paket kuota internetnya jadi terbatas. Sementara mereka juga harus memikirkan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ini perlu dipikirkan pemerintah, bukan hanya untuk dai Ikadi tetapi juga seluruh lembaga," ucapnya.
Untuk daerah perkotaan, Qusyairi mengatakan, sebagian besar dai Ikadi telah memanfaatkan teknologi digital sebagai sarana berdakwah. Ikadi juga menyerukan kepada setiap dai untuk membuat kanal-kanal atau akun media sosial untuk menyebarluaskan dakwah mereka.
"Hampir setiap hari selalu ada kajian online melalui Youtube dan sebagainya. Ada banyak varian dakwah dengan menggunakan berbagai media-media itu. Tetapi kita akui, masih ada yang perlu terus diperbaiki, karena ada kendala teknologi dan fasilitas itu," ujar dia.