REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah harus tetap berjalan meski di masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan orang-orang menjaga jarak fisik dan sosial. Sehubungan dengan itu, sangat penting bagi para pendakwah mengikuti perkembangan zaman guna memanfaatkan teknologi informasi untuk keperluan dakwah.
"Tentunya dakwah kita (para pendakwah) ada yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman, teknologi informasi dan media sosial, tapi ada juga yang masih (dakwah secara) tradisional," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis kepada Republika, Rabu (3/3).
Kiai Cholil menerangkan, para pendakwah tentu akan menyesuaikan segmentasi dan kondisinya. Misalnya dai-dai di daerah akan berdakwah sesuai kebutuhan masyarakat dan umat.
Ia mengatakan, berbeda dengan para pendakwah di perkotaan karena segmentasi dan kondisinya berbeda dengan di daerah. Para pendakwah di perkotaan sudah banyak yang dakwah melalui Youtube, Instagram, Twitter dan Facebook termasuk di televisi. Setiap pendakwah memiliki pengikut yang banyak.
"Tentunya imbauan dari wakil presiden (Kiai Ma'ruf Amin) ini agar kita terus mengikuti perkembangan zaman, karena orang sekarang beralih ke teknologi informasi, karena kita harus menjaga jarak fisik sehingga sekarang dakwah melalui online (media digital)," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Presiden Kiai Ma'ruf Amin mengingatkan agar pola dakwah dan pendidikan masa kini menyesuaikan perkembangan teknologi informasi. Kiai Ma'ruf berpesan demikian agar dakwah wasathiyah yang dijalankan organisasi keagamaan terus dipertahankan dan diperkuat sejalan dengan pengembangan dan dinamika masyarakat.
"Di era teknologi digital ini, dakwah dan pendidikan harus beradaptasi dan memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini bukanlah suatu pilihan tapi sudah menjadi keharusan, karena sudah menjadi bagian dari kebutuhan dasar masyarakat," kata Kiai Ma'ruf saat menghadiri peringatan hari jadi Nahdlatul Wathan ke-68 secara virtual, Senin (1/3).