REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sifat malas sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Hal ini sudah ditegaskan dalam Alquran dan hadits nabi, sehingga umat Islam harus segera hijrah dari sifat bermalas-masalan ini. Jika tidak, sifat ini akan menghalangi umat Islam untuk mencapai semua keinginannya.
Apalagi, dalam situasi perang umat Islam sangat dilarang untuk bermalas-malasan. Dalam surat an-Nisa ayat 71-72, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعًا وَإِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَيُبَطِّئَنَّ فَإِنْ أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَالَ قَدْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيَّ إِذْ لَمْ أَكُنْ مَعَهُمْ شَهِيدًا
“Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kalian, dan majulah (ke medan perang) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! Dan sesungguhnya di antara kalian ada orang yang sangat berlambat-lambat (ke medan perang). Maka jika kalian ditimpa musibah, ia berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut berperang bersama-sama mereka.’”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa di antara kaum Muslimin ada yang enggan atau bermalas-malasan untuk pergi ke medan pertempuran dengan bermacam alasan agar mereka tidak jadi ikut bertempur.
Dalam tafsir tahlili terbitan Kemenag dijelaskan bahwa mereka ini adalah orang-orang yang lemah iman dan orang-orang munafik yang selalu terdapat dalam setiap peperangan dan perjuangan di sepanjang masa.
Karena itu, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk tidak bermalas-malasan. Bahkan, Nabi Muhammad Saw selalu berdoa agar dilindungi dari sifat malas ini. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi berdoa:
اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن، والعجز والكسل، والبخل والجبن، وضلع الدين وغلبة الرجال
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegalauan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran, tindihan hutang dan penindasan orang.” ( HR Bukhari no 6369).