Ahad 31 Jan 2021 05:39 WIB

Satu Abad Perjalanan Pesantren

Perjalanan seabad terkakhir pesantren.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Subarkah
Santri Jawa di masa lalu.
Foto:

Mengikuti Perkembangan Zaman

Kiai Suwadi menegaskan bahwa ciri khas pesantren tidak berubah, adapun perubahan hanya untuk menyesuaikan diri untuk kebutuhan dakwah. Artinya pesantren menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tapi tidak menghilangkan ciri khasnya.

Misalnya ada modifikasi pembelajaran di pesantren. Seperti pesantren yang mengadopsi full day, dan adanya variasi pelajaran non keagamaan di pesantren.

Misalnya pesantren yang konsentrasi di ilmu alat, sekarang ada kebutuhan dari sisi logika bahasa untuk bisa merespons pola komunikasi yang mutakhir. Karena sudah era digital maka sebagian cara kebahasaannya atau komunikasinya ada perubahan, tapi perangkat dasarnya tidak berubah.

"Apakah sama kalimat yang dituangkan di kitab dan dituangkan di meme, ini soal teknis, tapi perangkat filsafat bahasanya enggak berubah," ujarnya. 

 

Kiai Suwadi menegaskan, itulah yang dimaksud perangkat dasarnya dan rujukannya tidak banyak berubah. Hanya implementasi dan kontekstualisasinya saja yang ada pengembangan, untuk menyesuaikan zaman.

 

"Tapi kalau yang dasar-dasarnya enggak banyak berubah, karena soal-soal (fikih) yang berat sudah selesai di tahun 1700-an," jelasnya.

 

Mengenai perubahan sosial di pesantren, menurutnya, perubahan itu terjadi karena ada dinamika di luar pesantren. Kemudian dinamika itu punya pengaruh ke pesantren. "Misalnya sebelum dan sesudah pilkada langsung, (contoh) mudahnya," ujarnya.

 

Ia menerangkan, ada dinamika di luar pesantren yang sebagian punya akibat ke pesantren. Tapi akibatnya tidak mempengaruhi sistem belajar di pesantren.

 

"Tapi (pengaruhnya) relasi sosial pesantren dengan komunitas sekitarnya atau dengan dunia di luar urusan pesantren," ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement