Ahad 31 Jan 2021 05:39 WIB

Satu Abad Perjalanan Pesantren

Perjalanan seabad terkakhir pesantren.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Subarkah
Santri Jawa di masa lalu.
Foto:

Menurut Kiai Suwadi, persamaan ciri khas pesantren dalam hal kitab dan ulama yang dirujuk inilah yang membuat Nahdlatul Ulama cepat berkembang. Meski Nahdlatul Ulama baru didirikan, ia cepat berkembang di berbagai pulau, karena kesamaan sanad guru, referensi kitab dan kesamaan dalam tarekat.

Ia menerangkan, secara metodologi pengajaran di pesantren yang ada di Asia Tenggara sebenarnya mirip dengan lembaga pendidikan yang ada di Haramain (Makkah dan Madinah) pada sekitar tahun 1700 sampai 1800. Kecuali sejak tahun 1900 ada kekhasan di Arab Saudi karena pengaruh paham yang dipilih oleh Kerajaan Arab Saudi dan lembaga kemuftian. 

Tapi sebelum itu, pola pembelajar agama Islam di pesantren relatif sama dengan di Haramain, Persia, Hijaz dan Asia Tenggara. "Karena itu tidak ada perbedaan fikih yang mendasar, adapun perbedaannya hanya di cabangnya atau di masalah furu saja," jelasnya.

Kiai Suwadi mengatakan, perjalanan pesantren 100 tahun terakhir ciri khasnya tidak berubah. Karena sanad gurunya dan kitab-kitabnya yang dijadikan rujukan tetap sama.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement