Ahad 31 Jan 2021 05:03 WIB

Perjalanan NU, 95 Tahun Harmoniskan Islam dan Nasionalisme

Harlah NU 31 Januari: 95 Tahun Harmoniskan Islam dan Nasionalime

Rep: muhyidin/ Red: Muhammad Subarkah
KH Hasyim Asy
Foto:

Peran Pesantren dalam Merawat Aswaja

Selama 95 tahun berkiprah, NU tetap konsisten dalam menyebarkan ajaran Aswaja di nusantara. Ketua Umum pengurus pusat asosiasi pesantren NU atau Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin atua Gus Rozin mengatakan, penyebaran Aswaja di tanah air tidak terlepas dari peran pesantren NU.

“Subtansi aswaja tertuang dalam kitab kuning. Maka dengan mempertahankan kitab kuning sebagai basis materi pembelajaran, pesantren berperan mempertahankan aswaja. Sebab dengan begitu, pesantren melahirkan kader kader yang mendalam pemahamannya terkait Aswaja,” ujar Gus Rozin kepada Republika, Selasa (26/1).

Menurut Gus Rozin, pesantren selama ini juga aktif berperan dalam melakukan counter discourse terhadap pemikiran dan gerakan keislaman yang bersebarangan dengan Aswaja. Bahkan, menurut dia, pesantren aktif dalam advokasi publik, misalnya terkait adanya upaya penyusupan materi non Aswaja dalam pendidikan formal.

“Pesantren juga aktif mensosialisasikan wacana Aswaja ke publik melalui terbitan, seminar, dakwah digital, sehingga keaswajaan dikonsumsi publik dan menjadi praktik keagamaan kebudayaan sehari hari,” ucapnya.

Dalam perjalannya, peesantren NU kini tidak berkiprah di dunia pendidikan Islam saja, tetapi juga sekolah-sekolah umum dan bahkan universitas. Menurut Gus Rozin, pesantren NU memang sudah seharusnya memperluas kiprahnya seperti itu.

“Ini sesungguhnya sebuah keharusan bagi pesantren. Bahkan, ini mengembalikan peran sejarah pesantren yang bukan hanya pusat pendidikan agama,” kata Gus Rozin.

Gus Rozin menjelaskan, kompleksitas masalah bahkan keagamaan tidak lagi cukup didekati dengan monodisipliner, namun membutuhkan interdisipliner dan multidisiplin. Karena itu, menurut dia, pesantren harus berkiprah mendirikan sekolah hingga universitas.

Menurut Gus Rozin, kiprah pesantren tersebut bisa dilihat dalam konteks integrasi tradisi keilmuan pesantren dan umum, sekaligus upaya pesantren meluaskan khidmah kebangsaan dalam menyediakan akses pendidikan bagi masyarakat, yang bermutu, terjangkau dan berbasis pada nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan.

“Tentu saja, perluasan ini mengharuskan pesantren memperkuat kapasitas kelembagaannya, agar kekuatan dan kelebihan pesantren tetap terjaga,” tutupnya.

n/Muhyiddin

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement