Ahad 24 Jan 2021 05:03 WIB

Antara Kapolri dan Kitab Kuning

Menjadi orang baik dan bermanfaat, Antara Kapolri dan Kitab Kuning

Santri mengikuti kajian kitab kuning di Pondok Pesantren Nurul Ihsan di Kampung Cilewong, Lebak, Banten, Minggu (26/4/2020). Pada bulan suci Ramadhan mengaji kitab kuning merupakan tradisi pesantren tradisional (salafi) dan modern untuk memperdalam ilmu agama antara lain ilmu fikih, akidah, tasawuf, ibadah, muamalah, dan tafsir Al Quran.
Foto:

Smart Leader

Ketika mendengar Komjen Listyo Sigit dengan lugas menyampakan akan mengambil kebijakan soal pengajian kitab kuning itu, jujur harus saya tegaskan, itulah pemimpin yang cerdas (smart leader).

Kecerdasan bagi seorang pemimpin, yang utama adalah cerdas dalam pengambilan keputusan, gaya bicara, dan bagaimana dia harus mengatur kebijakan-kebijakan strategis.

Kita tentu sudah menyaksikan langsung, bagaimana penampilan dan gagasan yang disampaikan. Tak cukup hanya itu sebenarnya, tapi kecepatan mengambil keputusan, inilah yang luar biasa. Sikap ini yang sejatinya lebih diperlukan.

Acapkali memang, kelambanan justru terjadi karena terlalu banyaknya pertimbangan. Lebih banyak mencari alasan, seakan logis dan rasional, tapi sebenarnya hanya mencari posisi aman. Maunya bisa menggembirakan siapa saja, tapi akhirnya sekadar menjalankan rutinitas yang tidak tepat guna.

Kita harus sepakat, persoalan radikalisme dan terorisme tidak bisa disikapi dengan lambat. Kebijakan para pemimpin harus tegas, penebaran ajaran dan nilai-nilai keagamaan harus diutamakan. Konsepsi dan strategi mewujudkan keberagamaan yang ramah, toleran, dan semakin memperkokoh persaudaraan kebangsaan, dengan demikian perlu segera dirumuskan. 

Kalisuren, 23 Januari 2021

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement