Selasa 05 Jan 2021 17:21 WIB

Menengok Kembali Penyebab Rusuh Buddha-Muslim Sri Lanka 2019

Semua gara-gara media sosial.

Menengok KembaliPenyebab Rusuh Buddha-Muslim Sri Lanka 2019. Aparat keamanan berjaga di dekat rumah yang dirusak massa akibat kerusuhan berbau SARA di Srilanka.
Foto:

Bantahan diberikan oleh Jehan Perera, direktur eksekutif di Dewan Perdamaian Nasional yang berbasis di Kolombo. Ia menegaskan berita itu dibuat-buat.

Menurut Perera, hal ini ada kaitannya dengan problem insekuritas yang dirasakan oleh etnis Sinhalese yang menganggap keberadaan jumlah Muslim nantinya bisa menjadikan mereka sebagai etnis minoritas yang terancam. Kelompok ini juga membuat tuduhan Muslim memiliki tingkat kelahiran yang tinggi dan tak jarang memaksa penganut agama lain beralih memeluk agama Islam.

Menurut kelompok tersebut, hal ini dilakukan oleh Muslim untuk mengurangi jumlah etnis Sinhalese di negara tersebut. Menurut pengamatan seorang ahli yang aktif di International Crisis Group, Alan Keenan, kelompok Buddha telah melakukan penyerangan terhadap Muslim secara sistematis sejak 2012.

“Salah satu kuncinya adalah banyak dari kalangan etnis Sinhalese dan penganut Buddha menganggap Sri Lanka adalah negara milik Sinhalese, kelompok Buddha dan kelompok etnis lainnya, sedangkan Muslim dan etnis Tamil di negara tersebut berada di atas penderitaan kelompok mayoritas. Namun banyak yang berpendapat kekerasan antar kelompok tersebut adalah cara mencari musuh baru untuk menggantikan etnis Tamil yang sebelumnya menjadi musuh mereka di perang saudara yang terjadi hampir tiga dekade.”

Di sisi lain, pada Sabtu (10/3) ratusan kelompok biksu dan para aktivis menggelar aksi solidaritas menyangkut kerusuhan anti Muslim yang terjadi sebelumnya. Front Nasional Bhikku mengatakan aksi tersebut digelar sebagai protes terhadap adanya bentrokan komunal yang disebut akan menghancurkan persatuan nasional.

Sehari sebelumnya, komunitas tersebut melakukan kunjungan saat pelaksanaan shalat Jumat ke masjid-masjid yang hancur karena kerusuhan. Di sana mereka membantu Muslim untuk mempersiapkan area yang akan digunakan untuk shalat Jumat.

Sejak itu kondisi di sekitar Distrik Kandy dan Digana sudah kembali normal. Pemblokiran internet pun sudah dihentikan, meskipun pemblokiran Facebook masih berlangsung. Polisi juga telah menangkap lebih dari 280 tersangka penyebab kerusuhan.

Sumber: Majalah SM Edisi 08 Tahun 2019

 

https://www.suaramuhammadiyah.id/2021/01/02/rusuh-gara-gara-media-sosial/

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement