“Kota ini (Digana) hanya ada untuk Muslim. Kita seharusnya sudah mengatasi hal ini sejak lama,” katanya seperti yang terekam di dalam video yang telah ditonton sekitar 50 ribu kali.
Kurang lebih 232 rumah hancur dibakar massa sementara dua orang tewas. Inilah yang kemudian menjadi alasan pemblokiran Facebook, WhatsApp beserta Youtube oleh Presiden Maithiripala Sirisena. Dia menyalahkan keberadaan media sosial karena telah memicu kerusuhan.
“Kelompok ekstremis telah menggunakan media sosial dengan cara-cara yang bengis. Oleh karenanya kita harus membatasinya,” katanya dalam sebuah wawancara dengan media lokal.
Namun, muncul kritik dari masyarakat setempat bahwa pemblokiran media sosial bukanlah jawaban yang tepat atas problem yang terjadi di negara tersebut. Nyatanya bukan hanya kali itu saja para oknum memanfaatkan jejaring media sosial sebagai cara untuk menyulut pertikaian antar umat beragama.
Jauh sebelumnya, sentimen terhadap Muslim telah muncul dan tersebar secara daring melalui meme, video dan postingan Facebook atau pesan berantai yang disebarkan oleh kelompok etnis Sinhalese. Sanjana Hattotuwa, analis dari Centre for Policy Alternatives (CPA) yang berpusat di Kolombo, Sri Lanka mengonfirmasi hal tersebut.