REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Selama lima tahun kekuasaan Partai Hukum dan Keadilan (PiS) di Polandia, batas antara politik dan agama semakin "mengabur,” tulis harian Inggris, The Guardian, di laman editorialnya awal Desember silam.
Pemicunya adalah manuver politik Uskup Agung Marek Jędraszewski yang mengobarkan perang terhadap paket dana pemulihan Covid-19 dari Uni Eropa. Dia beralasan bantuan itu merupakan “Kuda Troya” yang menyaratkan legalisasi aborsi, penerapan “ideologi gender” di sekolah dan membumikan nilai-nilai liberal.
“Ketika para pemuka agama beroperasi dalam simbiosis autoritarianisme, Polandia kembali tampil sebagai sebuah teokrasi di jantung Uni Eropa,” tulis harian tersebut.
Persepsi negatif media, dan kritik terbuka dari Vatikan, turut mencederai reputasi Gereja Katolik di Polandia. Warga mulai mempertanyakan warisan mendiang Paus Yohanes Paulus II dan mencurigai kedekatan gereja dan negara.
Sebuah jajak pendapat yang dipublikasikan belum lama ini mencatat hanya 41 persen penduduk yang mendukung gereja. Sementara sebanyak 47 persen cenderung melihat peran para uskup secara negatif.