Hilmy Ahmed, Wakil Presiden Dewan Muslim Sri Lanka, mengatakan kepada BBC bahwa jelas ini semua adalah bagian dari agenda "rasis", yang menargetkan minoritas Muslim.
"Pemerintah sepertinya tidak menanggapi apapun berdasarkan sains. Mereka tampaknya tidak mempertimbangkan nasihat dari ahli virologi atau ahli mikrobiologi atau ahli epidemiologi. Ini adalah agenda rasis dari beberapa orang di komite teknis," ujarnya.
Tetapi pemerintah menyangkal bahwa tindakan tersebut ditujukan pada Muslim, menunjuk ke fakta bahwa umat Buddha Sinhala harus mengkremasi orang yang mereka cintai dalam waktu 24 jam, yang juga bertentangan dengan tradisi mereka.
"Kadang-kadang kami harus melakukan hal-hal yang tidak terlalu kami sukai," kata juru bicara kabinet, Menteri Keheliya Rambukwella, kepada BBC.
"Setiap orang harus berkorban selama pandemi Covid-19 ini. Saya mengerti ini adalah masalah yang sangat sensitif. Bahkan teman-teman Muslim saya pun menelepon saya dan meminta saya untuk membantu mereka. Tapi sebagai pemerintah kita harus mengambil keputusan berdasarkan ilmu pengetahuan. demi semua pihak," sambungnya.
Sumber: https://www.bbc.com/news/world-asia-55359285