Kamis 10 Dec 2020 08:35 WIB

Program 5000 Doktor Kemenag, Dongkrak SDM PTKI

Program Kemenag jadi upaya jadikan PTKI episentrum peradaban Islam

Wisudawan di lingkungan Kementerian Agama. Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo, 19 Desember 2014, Program 5.000 Doktor Kementerian Agama diharapkan dapat mempercepat kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Wisudawan di lingkungan Kementerian Agama. Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo, 19 Desember 2014, Program 5.000 Doktor Kementerian Agama diharapkan dapat mempercepat kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo, 19 Desember 2014, Program 5.000 Doktor Kementerian Agama diharapkan dapat mempercepat kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui peningkatan kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).

“Program ini muncul dilatarbelakangi oleh tiga hal. Pertama, sebagai respons dan dukungan penuh atas arah dan tujuan pembangunan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Terutama dalam menciptakan Indonesia Maju melalui SDM unggul,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Muhammad Ali Ramdhani, di Jakarta, Kamis (10/12).

Kedua, lanjut Dhani begitu akrab disapa, beasiswa ini menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi agama Islam sehingga PTKI mampu menjadi episentrum peradaban Indonesia.

“Membangun peradaban tentunya adalah dengan pendidikan. Pendidikan menjadi penting, karena merupakan sebuah proses dalam menciptakan sumber daya manusia masa depan yang akan menguasai zaman,” imbuh Dhani.

Sebagai gambaran, hingga saat ini jumlah dosen PTKI yang telah meraih gelar doktor terdapat 5.449. Sedangkan untuk level magister sebanyak 32.889.

Dhani menjelaskan, dosen atau tenaga pendidik di perguruan tinggi seharusnya berkualifikasi S-3 atau doktor. Ini merupakan ikhtiar Kementerian Agama untuk meningkatkan kualifikasi dosen yang diharapkan bisa berkontribusi pada daya saing bangsa karena memiliki SDM yang melimpah. 

“Hal ini menjadi modal dalam berinovasi untuk membangun peradaban Indonesia yang diakui dunia,” kata Dhani.

Inovasi

Lebih lanjut, Dhani menjelaskan dalam rentang waktu lima tahun terakhir, Program 5000 Doktor Kementerian Agama telah memberikan 2.222 penerima beasiswa studi dalam negeri, dan 547 beasiswa luar negeri dalam berbagai bentuk.

Selain berupaya meningkatkan jumlah penerima beasiswa, kata dia, Program 5000 Doktor Kemenag juga telah mengembangkan sejumlah program inovatif. 

Dhani menyebutkan, selain program beasiswa regular dimana penerima beasiswa bisa memilih untuk menempuh studi doktoral di kampus-kampus terbaik di dunia, terdapat juga skema beasiswa customized program, yakni para penerima beasiswa bisa menentukan pilihan studi di kampus-kampus yang menjadi mitra Kementerian Agama.

Beberapa skema beasiswa yang sudah dikembangkan, antara lain MoRA-Leiden Scholarship on Religion and Society di Belanda, MoRA-McGill Scholarship on Religion and Society di Kanada, dan MoRA-Coventry Scholarship on Trust, Peace, and Social Relations di Inggris.

Selain itu Kementerian Agama juga telah menjalin kerja sama dengan MoRA-INSA Scholarship on Applied Science and Technology (SAST) Prancis, MoRA-ATN Research and Innovation Scholarship (MoARIS) Australia, dan skema Special Pathways Leading to PhD (SPLP) Australia.

Kemudian dengan Mesir MoRA-Arab League Scholarship on Philology, dan MoRA-Canal Suez University on Arabic Teaching. Ramdhani mengatakan saat ini pihaknya sedang menjalin kerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam menyelenggarakan beasiswa luar negeri bagi dosen dan tenaga pendidik PTKI.

“Kami optimis pada 2021 dan seterusnya beasiswa ini bisa direncanakan lebih matang dan dapat diakses seluas-luasnya oleh para dosen di PTKI,” ujar guru besar UIN Bandung ini. (Adv)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement