REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- The International Rescue Committee atau Komite Penyelamatan Internasional (IRC) memperingatkan Yaman adalah negara yang paling berisiko mengalami bencana kemanusiaan pada 2021. Ini menandai tahun ketiga bagi negara yang dilanda perang itu dalam mengemban status sebagai negara rawan bencana kemanusiaan.
"Konflik yang berlanjut, kelaparan yang meluas, dan tanggapan bantuan internasional yang runtuh, mengancam secara dramatis, dan memperburuk krisis saat ini di Yaman pada tahun depan," ujar IRC dilansir Aljazirah, Rabu (16/12).
Direktur Badan Bantuan untuk Yaman, Tamuna Sabadze mengatakan, saat ini dukungan dari negara lain dan berbagai pihak sangat penting. Dalam wawancara dengan kantor berita Qatar di ibu kota Sana'a, Sabadze menyerukan komitmen lebih dari yang dirasakan saat ini dari aktor internal, regional, dan global untuk mengakhiri konflik.
"Tanpa ini, banyak hal tidak akan berubah di Yaman, seperti warga sipil Yaman benar-benar tidak akan memiliki masa depan dan harapan. Sebanyak 24 juta orang membutuhkan semacam bantuan kemanusiaan, baik itu makanan, perlindungan, layanan kesehatan, atau pendidikan. Mayoritas negara sangat membutuhkan PBB dan pendanaan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari mereka," ujarnya.
IRC merilis daftar negara paling berisiko mengalami bencana kemanusiaan pada 2021, dari peringkat satu hingga 10, di antaranya Yaman, Afghanistan, Suriah, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Burkina Faso, Sudan Selatan, Nigeria, Venezuela, dan Mozambik.
Sepuluh negara lainnya juga masuk dalam daftar, namun tidak memiliki peringkat dalam hal kegawatan. Negara-negara itu di antaranya Kamerun, Republik Afrika Tengah, Chad, Kolumbia, Libanon, Mali, Niger, Palestina, Somalia, dan Sudan.
Wakil Koordinator Nutrisi IRC Abeer Fowzi menilai dunia telah meninggalkan Yaman dalam menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Belum pernah orang Yaman menghadapi begitu sedikit dukungan dari komunitas internasional atau begitu banyak tantangan secara bersamaan," ujarnya.
Dukungan keuangan untuk negara itu mengering. Kepala kemanusiaan PBB Mark Lowcock pada November memperingatkan, Yaman telah menerima kurang dari setengah dari dana darurat yang dibutuhkannya tahun ini. Lowcock mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada tahun ini Yaman hanya menerima sumbangan sekitar 1,5 miliar dolar AS atau sekitar 45 persen dari 3,4 miliar dolar AS yang dibutuhkan. Pada tahun lalu, Yaman menerima hampir tiga miliar dolar AS.
Menurut PBB, 80 persen dari 30 juta orang Yaman membutuhkan beberapa bentuk bantuan atau perlindungan. Data PBB menunjukkan, sekitar 13,5 juta orang Yaman saat ini menghadapi kerawanan pangan akut, termasuk 16.500 orang yang hidup dalam kondisi seperti kelaparan.
Pada 2014, kelompok pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran merebut sebagian besar negara itu, termasuk Sana'a. Perang meningkat pada Maret 2015, ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi turun tangan dalam upaya memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung Riyadh.
Pembicaraan damai yang bertujuan menyelesaikan konflik telah terhenti sejak akhir 2018. Para pejabat PBB telah berulang kali berupaya menghidupkan kembali negosiasi dan mengakhiri apa yang disebutnya sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.
https://www.aljazeera.com/news/2020/12/16/irc-warns-yemen-at-risk-of-massive-deterioration-in-2021