REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM—Delegasi Bahrain diam-diam mengunjungi Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki pada hari Jumat, menyusul kemarahan atas kesepakatan normalisasi antara Israel dan negara Teluk itu. Sebuah sumber di Dewan Wakaf Islam Yerusalem yang dipercaya mengendalikan dan mengelola kompleks Masjid Al-Aqsa, mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa dia tidak mengetahui adanya kunjungan warga Bahrain ke masjid tersebut.
Mereka dipimpin oleh Sheikh Khalid Bin Khalifa, ketua dari Bahraini Hamad Global Center for Peaceful Coexistence dan anggota keluarga kerajaan Bahrain. Mufti Agung Yerusalem, Sheikh Muhammad Hussein, mengeluarkan fatwa pada bulan Agustus yang melarang umat Islam sholat di Masjid Al-Aqsa jika mereka mendukung kesepakatan normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab.
Bahrain diketahui menandatangani kesepakatan normalisasi dengan pendudukan pada September, menjadi negara Arab keempat yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh mengutuk kunjungan Emirat, menyebutnya "menyedihkan". Dia berkata, “Seseorang harus memasuki gerbang Masjid Al-Aqsa yang diberkahi melalui pemiliknya, daripada melalui gerbang pendudukan."
Sehari sebelum delegasi Bahrain dijadwalkan salat di Masjid Al-Aqsa, mereka bertemu dengan Presiden Israel Reuven Rivlin di kediamannya di Yerusalem.
"Baik Israel dan Bahrain menghargai kebebasan beragama dan toleransi, dan melihat komunitas berbeda yang membentuk masyarakat mereka sebagai sumber kekuatan," kata Rivlin yang dikutip di Middle East, Selasa (1/12).