REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN--Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel membunuh ilmuwan nuklir terkemuka negaranya Mohsen Fakhrizadeh pada Jumat (27/11). Korban juga diyakini oleh Dunia Barat sebagai arsitek program nuklir militer rahasia Teheran.
Para tokoh ulama dan militer Iran juga mengancam akan membalas dendam atas pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh. Hal ini dapat meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah dan sekitarnya.
"Rakyat kami lebih bijaksana daripada jatuh ke dalam perangkap rezim Zionis (Israel). Iran pasti akan menanggapi kemartiran ilmuwan kami pada waktu yang tepat. Sekali lagi, tangan jahat dari arogansi global dan tentara bayaran Zionis (Israel) ternoda dengan darah seorang putra Iran," kata Rouhani dalam sebuah pernyataan, Sabtu (27/11).
Dia juga menambahkan bahwa kematian Fakhrizadeh tidak akan memperlambat kerja nuklir Iran. Sementara Israel hingga kini menolak berkomentar tentang tudingan pembunuhan itu. Sementara Gedung Putih, Pentagon, Departemen Luar Negeri AS dan CIA menolak berkomentar, begitu pula tim transisi Biden.
Kematian Fakhrizadeh dapat memicu konfrontasi antara Iran dan musuh-musuhnya di minggu-minggu terakhir kepresidenan AS Donald Trump. Ini juga bisa mempersulit upaya apa pun yang dilakukan oleh Presiden terpilih Joe Biden untuk menghidupkan kembali penahanan kepresidenan Barack Obama begitu dia menjabat pada Januari 2021.
Setidaknya ada empat ilmuwan tewas antara 2010 dan 2012 dalam apa yang dikatakan Iran sebagai program pembunuhan yang bertujuan menyabotase program energi nuklirnya. Iran selalu membantah mengejar senjata nuklir.
Fakhrizadeh tewas setelah sebuah mobil sarat bahan peledak meledak di dekat kendaraan sekitar pukul 14.30 waktu setempat. Setelah ledakan terjadi, salah satu pembunuh mulai menembakkan peluru ke mobilnya.
Dikatakan salah satu pengawal Fakhrizadeh ditembak empat kali dan Fakhrizadeh diangkut dengan helikopter ke rumah sakit di kota Absard di daerah Damavand sekitar 70 km timur Teheran. Namun ia dinyatakan meninggal di rumah sakit.
Seorang saksi mengatakan bahwa bahwa ada tembakan berulang kali dan pengawal Fakhrizadeh sempat bentrok dengan para pembunuh.