REPUBLIKA.CO.ID, RABAT -- Seorang pengacara asal Arab Saudi Oussama Yemani membuat pernyataan kontroversial terkait keberadaan Masjid Al-Aqsa. Ia mengklaim Masjid Al-Aqsa tidak berada di Yerusalem, melainkan di Arab Saudi.
Pengacara tersebut menerbitkan sebuah opini di outlet berita Okaz, dengan mengatakan jutaan Muslim telah memiliki 'jawaban yang keliru' selama bertahun-tahun mengenai lokasi Masjid Al Aqsa, situs tersuci ketiga dalam Islam. Ia beralasan banyak orang yang meyakini Masjid Al Aqsa ada di Yerusalem karena dikatakan buku sejarah demikian.
"Yerusalem bukanlah lokasi Masjid Al-Aqsa, karena tidak menyandang nama ini selama misi utusan Tuhan, Muhammad, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, atau selama era Khalifah," kata Yemani, dilansir di Morocco World News, Selasa (17/11).
Yemani juga mengatakan, orang-orang bingung tentang kiblat, yang merupakan arah Ka'bah di masjid suci di Makkah atau arah sholat umat Islam. "Perhatikan kiblat pertama tidak ada hubungannya dengan Masjid Al-Aqsa, sama seperti tidak ada konsensus tentang kiblat pertama," kata pemikir Saudi itu.
Ia pun mengaku banyak pihak yang sudah berselisih pendapat terkait kiblat pertama. Menurutnya, banyak yang mengatakan kiblat pertama adalah Ka'bah, dan mereka menyebutkan Nabi Muhammad dahulu beribadah di Makkah ke Ka'bah dan kemudian diperintahkan beribadah ke arah Yerusalem setelah hijrah.
Yemani lantas menyimpulkan teorinya, dengan mengklaim Masjid Al-Aqsa berada di Al Ju'ranah, sebuah desa di provinsi Makkah di bagian barat Arab Saudi. Al Ju'ranah terletak 29 mil timur laut Makkah.
Dia mengatakan, masjid Al Aqsa terletak di wilayah tersebut dan itu dikenal sebagai Masjid Al-Aqsa, karena ada masjid lain yang dibangun oleh salah satu dermawan yang dikenal sebagai Masjid Dekat.
Yemani mengklaim melalui teorinya dapat disimpulkan perbedaan antara narasi dan perawi disebabkan oleh masalah politik yang selama ini digunakan untuk kepentingan peristiwa, isu, dan sikap politik yang tidak ada kaitannya dengan keyakinan atau kepentingan pada perbuatan dan ibadah. Pernyataan Yemani tersebut kemudian menuai kemarahan dan kecaman dari Muslim di seluruh dunia.
Yerusalem dikenal sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam. Masjid yang dikenal Al Aqsa itu dibangun di atas Bukit Bait Suci (Temple Mount) atau Haram asy-Syarif.
Seorang peneliti di Yerusalem dan Urusan Masjid Al Aqsa, Doktor Ali Al A'war, menulis tanggapan atas klaim dari Yemani yang mengecam keraguannya atas keberadaan Al Aqsa di Yerusalem. Ia mengatakan, wacana budaya baru di antara beberapa penulis Teluk dan buku tentang normalisasi budaya mewakili posisi resmi beberapa penguasa Teluk, seperti artikel yang diterbitkan di surat kabar pemerintah Saudi, Okaz.
"Pemalsuan dan kebohongan yang dihasilkan oleh Zionis Arab baru itu merupakan kontribusi baru terhadap perilaku Netanyahu dan kebijakan pemerintah Israel yang menolak keberadaan Palestina dan hak politik bagi rakyat Palestina di tanah Suci," kata Al A'war.
Dia kemudian mengutip keputusan dari beberapa negara Teluk untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, termasuk Bahrain dan Uni Emirat Arab. Arab Saudi sendiri belum menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, tetapi mengisyaratkan hal ini pada akhirnya bisa saja terjadi.