Sabtu 31 Oct 2020 13:46 WIB

Beginilah Sosok Trump dan Amerika Serikat Menurut Umat Islam

Umat Islam merasakan diskiriminasi di bawah pemerintahan Donald Trump.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Umat Islam merasakan diskiriminasi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump
Foto:

Sebuah survei baru-baru ini oleh Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) mengkonfirmasi pengamatan Awad, yang menemukan bahwa Muslim Amerika lebih terlibat secara politik pada 2020 daripada sebelumnya. 

Dari survei tersebut terungkap, 78 persen pemilih Muslim yang memenuhi syarat di Amerika Serikat terdaftar untuk memilih tahun ini, yang merupakan peningkatan tajam dari hanya 60 persen pada 2016. 

Dari perspektif Awad, melawan Islamofobia adalah pendorong utama memobilisasi komunitas. Gerakan ini mencakup lobi Kongres dan mendorong rancangan undang-undang seperti No Ban Act. 

Masalah lain yang menjadi perhatian Muslim Amerika termasuk pengawasan, yang menurut Awad adalah kebijakan yang telah diterapkan pada Muslim Amerika di seluruh pemerintahan yang berbeda dan terus digunakan sebagai langkah-langkah untuk mengawasi aktivitas Muslim Amerika yang dilindungi secara nasional. 

CAIR sangat mengkhawatirkan masalah itu, dan telah memperjuangkannya baik di pengadilan maupun di pengadilan opini publik. Selain reformasi politik, menangani rasisme anti-kulit hitam, dan membuka pintu Amerika bagi imigran, Muslim Amerika juga prihatin tentang masalah lain seperti kesehatan, pendidikan, dan pembangunan kembali infrastruktur. 

Awad sendiri sebenarnya tidak begitu antusias dengan pencalonan lawan Trump, Joe Biden, dalam pemilu kali ini. Namun, ia berharap jika Biden menang, Amerika Serikat setidaknya dapat lebih baik dalam hal memerangi virus corona dan pencegahan kesehatan akan dianggap serius untuk menyelamatkan nyawa orang Amerika. Pandemi Covid-19 telah berdampak buruk di negara itu, dengan lebih dari 200 ribu nyawa melayang karena penyakit tersebut. 

Apalagi baru-baru ini, Amerika Serikat mengalami lonjakan besar infeksi Covid-19, di mana rekor harian pecah dengan mencapai 80 ribu kasus. Karena itu, Awad berharap pemimpin selain Trump nanti akan mampu menghadapi situasi pandemi ketimbang melawan para tenaga kesehatan.

Di sisi lain, Biden telah berjanji akan mencabut kebijakan Larangan Muslim pada hari pertama pemerintahannya. Dia juga berjanji akan menunjuk Muslim Amerika di setiap tingkat pemerintahannya.

photo
Pusat Islam Lafayette di Louisiana, Amerika Serikat. - (Chris Morisse Vizza/WBAA )

Namun, mantan Wakil Presiden itu pernah mendukung kebijakan berbahaya di masa lalu. Misalnya, program Melawan Ekstremisme Kekerasan, yang berdampak merugikan pada komunitas Muslim Amerika. 

Karena itulah, Awad mencatat bahwa dalam siklus pemilihan ini, mayoritas Muslim Amerika sebenarnya hanya ingin mengakhiri sebagian penderitaan. Andaikata Trump terpilih lagi, Awad mengatakan bahwa organisasi Muslim dan lainnya akan terus membela hak-hak sipil Muslim Amerika, mengorganisir komunitas untuk membela keadilan, dan membangun koalisi dengan minoritas terpinggirkan lainnya. 

Tidak dimungkiri, komunitas yang telah lama menerima retorika xenofobia dan rasis Trump merasa cemas. Awad mengatakan mereka tidak dapat memprediksikan masa depan, namun mereka telah memperketat sabun pengaman untuk perjalanan yang panjang nanti. 

"Kami berharap era ini akan berakhir, tetapi jika tidak, kita di sini. Kami tidak akan pergi ke mana-mana, dan kami akan mendorong dan menggunakan semua alat yang ada di tangan kami dalam hal pengorganisasian dan pengadilan secara politik, untuk membela nilai-nilai negara ini dan membela hak konstitusional semua orang Amerika," tambahnya.

 

Sumber:  https://english.alaraby.co.uk/english/society/2020/10/30/in-trumps-america-muslims-feel-the-impact-of-islamophobia 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement