Senin 26 Oct 2020 05:57 WIB

Soal Muslim Xinjiang, Mengapa Negara Timteng Seakan Diam?

Negara-negara Timur Tengah seakan diam sikapi Muslim Xinjiang.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Nashih Nashrullah
Negara-negara Timur Tengah seakan diam sikapi Muslim Xinjiang. Kamp Vokasi Muslim Xinjiang.
Foto:

Lammon menambahkan, Arab Saudi menawarkan contoh yang lebih bernuansa. Setelah Riyadh menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi senilai 28 miliar dolar AS dengan Beijing, Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada Putra Mahkota Mohammed bin Salman bahwa sebagai "teman baik dan mitra untuk Arab Saudi," China ingin "memperkuat kerja sama internasional dalam deradikalisasi untuk 'mencegah infiltrasi dan penyebaran pemikiran ekstremis. "Riyadh menghormati dan mendukung hak China atas keamanan dan kontraterorisme.’’ kata putra mahkota itu beberapa waktu lalu.

Jauh di luar ekonomi dan kedaulatan, Beijing dan Timur Tengah yang otokratis memang memiliki kepentingan yang sama. Utamanya adalah kebencian terhadap Islam politik. "Banyak pemimpin Arab mengaitkan Islam politik dengan terorisme," tulis rekan Institut Washington untuk Kebijakan Timur Dekat Haisam Hassanein tahun lalu. Oleh karenanya, ada simpati regional mengenai tindakan keras China di Uighur yang disebut kampanye kontra terorisme.

Sama seperti politik Islam, elit China dan Timur Tengah juga tidak mentolerir gerakan separatis dalam perbatasan mereka. Namun, tidak seperti ketidaksepakatan yang menjadi ciri pendekatan Timur Tengah terhadap Islam politik, sebagian besar negara memiliki kelompok agama atau etnis minoritas yang bergolak dan mencari otonomi atau kemerdekaan.

photo
FILE - In this Nov. 4, 2017, file photo, Uighur security personnel patrol near the Id Kah Mosque in Kashgar in western Chinas Xinjiang region. - (AP Photo)

Menurut laporan Reuters yang mengutip dari buku putih pemerintah China, 458 orang telah tewas dan sedikitnya 2.540 luka-luka di Xinjiang sejak 1990. Berdasarkan pemaparan, pihak berwenang juga diketahui telah menangkap 12.995 teroris, menyita 2.052 alat peledak, menghukum 30.645 orang karena 4.858 kegiatan keagamaan ilegal, dan menyita 345.229 salinan materi agama ilegal antara 2014-2019. Hal itu disebut dilakukan untuk membendung ancaman militansi Islam. 

Namun demikian, hal itu dinilai terlalu berlebihan. Utamanya oleh Profesor Haverford College Barak Mendelsohn dari Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri (FPRI). Dirinya mengamati, jika kelompok-kelompok jihadis internasional “sebagian besar nyatanya diam” tentang Xinjiang, dan kekerasan jihadis regional agak sempit, serangannya sporadis serta para pelaku disebutnya tidak melakukannya berkelanjutan.

"China telah secara efektif membujuk perwakilan asing dan media tentang niat baiknya. Sehingga pada awalnya, pejabat Indonesia yang skeptis, menurut Wall Street Journal, juga menjadi "yakin" bahwa kamp pendidikan ulang China di Xinjiang adalah bagian dari "upaya yang bermaksud baik" untuk membantu orang Uighur.’’ ungkap Lammon.

 

Sumber: https://nationalinterest.org/feature/why-muslim-middle-east-supports-china%E2%80%99s-xinjiang-crackdown-171088

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement